A. Kata Asal
Kata asal bahasa Lio pada umumnya terdiri atas dua suku (bisilabik),
misalnya lo'o 'kecil', kai 'dia', bara 'putih', fonga 'suka', leka 'di', to'o 'dari'.
Meskipun jumlah kata asal bersuku tunggal tidak banyak, tetapi dalam pemakaian bahasa Lio banyak terdapat kata bersuku tunggal. Hal ini disebabkan karena masyarakat pemakai bahasa Lio sering menyingkat kata dengan mengucapkan suku pertamanya saja, misalnya: to'o 'dari' disingkat menjadi to, so'o 'bahwa' disingkat menjadi so, dowa 'sudah' disingkat menjadi do, tau 'bikin' disingkat menjadi ta, no'o 'dan, dengan' disingkat menjadi no, we'e 'agar' disingkat menjadi we.
Secara morfologis perbendaharaan kata bahasa Lio tidak mengalami perkembangan, sering suatu kata digunakan dalam berbagai pengertian, misalnya kata kerja mai 'datang' digunakan untuk kata depan juga mai 'dari' dan pati 'memberi' untuk kata depan artinya 'untuk'. Hal ini disebabkan oleh pengaruh bahasa Indonesia atau konsep-konsep pemikiran baru akibat budaya pemakainya. Hampir semua pemakai bahasa Lio tidak membedakan hal itu seperti yang terjadi pada bahasa Indonesia misalnya membeli-membelikan, maka muncullah teka 'membeli', teka geti 'membeli' (untuk orang lain).
Meskipun jumlah kata asal bersuku tunggal tidak banyak, tetapi dalam pemakaian bahasa Lio banyak terdapat kata bersuku tunggal. Hal ini disebabkan karena masyarakat pemakai bahasa Lio sering menyingkat kata dengan mengucapkan suku pertamanya saja, misalnya: to'o 'dari' disingkat menjadi to, so'o 'bahwa' disingkat menjadi so, dowa 'sudah' disingkat menjadi do, tau 'bikin' disingkat menjadi ta, no'o 'dan, dengan' disingkat menjadi no, we'e 'agar' disingkat menjadi we.
Secara morfologis perbendaharaan kata bahasa Lio tidak mengalami perkembangan, sering suatu kata digunakan dalam berbagai pengertian, misalnya kata kerja mai 'datang' digunakan untuk kata depan juga mai 'dari' dan pati 'memberi' untuk kata depan artinya 'untuk'. Hal ini disebabkan oleh pengaruh bahasa Indonesia atau konsep-konsep pemikiran baru akibat budaya pemakainya. Hampir semua pemakai bahasa Lio tidak membedakan hal itu seperti yang terjadi pada bahasa Indonesia misalnya membeli-membelikan, maka muncullah teka 'membeli', teka geti 'membeli' (untuk orang lain).
B. Kata Bentukan
v
Kata Berimbuhan
Dalam bahasa Lio hanya ada imbuhan sa yang
melekat pada kata bantu bilangan, misalnya pada sakolo 'seorang',
saimu 'seorang', saeko 'seekor', saesa 'sebuah',
sawidha 'sehelai'. Imbuhan ini berfungsi sebagai pembentuk
kata bilangan dengan makna struktural 'menyatakan jumlah satu' dalam
kesatuan jenis sebagaimana disebutkan pada kata dasarnya.
v Kata Ulang
a) Bentuk
Kata Ulang
Dalam bahasa Lio terdapat 3 macam kata ulang:
1. Kata Ulang Sempurna
Kata sifat dapat diulang secara sempurna yang kata dasarnya diulang tanpa mengalami
Dalam bahasa Lio terdapat 3 macam kata ulang:
1. Kata Ulang Sempurna
Kata sifat dapat diulang secara sempurna yang kata dasarnya diulang tanpa mengalami
perubahan.
Contoh:
mawe-mawe 'pelan-pelan'
mule-mule 'kuat-kuat'
ria-ria 'besar-besar'
lo'o-lo'o 'kecil-kecil'
kune-kune 'kuning-kuning'
bheni-bheni 'baik-baik'
Contoh:
mawe-mawe 'pelan-pelan'
mule-mule 'kuat-kuat'
ria-ria 'besar-besar'
lo'o-lo'o 'kecil-kecil'
kune-kune 'kuning-kuning'
bheni-bheni 'baik-baik'
Disamping kata sifat, kata bilangan pokok dapat diulang
secara sempurna.
Contoh:
esa-esa 'satu-satu'
rua-rua 'dua-dua'
telu-telu 'tiga-tiga'
satu-satu 'empat-empat'
lima-lima 'lima-lima'
2. Kata Ulang Dwipurwa
Kata ulang dwipurwa yaitu kata yang perulangannya terdapat pada suku awal. Bentuk kata ulang dwipurwa dalam bahasa Lio selalu bersuku awal dengan bunyi silabik- silabik bila suku I kah: asalkan bunyi silabiknya bukan [a], pasti bervariasi menjadi [ a ].
Contoh:
esa-esa 'satu-satu'
rua-rua 'dua-dua'
telu-telu 'tiga-tiga'
satu-satu 'empat-empat'
lima-lima 'lima-lima'
2. Kata Ulang Dwipurwa
Kata ulang dwipurwa yaitu kata yang perulangannya terdapat pada suku awal. Bentuk kata ulang dwipurwa dalam bahasa Lio selalu bersuku awal dengan bunyi silabik- silabik bila suku I kah: asalkan bunyi silabiknya bukan [a], pasti bervariasi menjadi [ a ].
Contoh:
mamula 'kuat-kuat'
bhabheni 'baik-baik'
kakune 'kuning-kuning'
aesa 'satu-satu'
rarua 'dua-dua'
mamula 'kuat-kuat'
bhabheni 'baik-baik'
kakune 'kuning-kuning'
aesa 'satu-satu'
rarua 'dua-dua'
3. Kata
Ulang Bervariasi Fonem
Kata ulang ini terjadi dengan perubahan salah satu fonem kata dasarnya.
Kata ulang ini terjadi dengan perubahan salah satu fonem kata dasarnya.
Perubahan
fonem/variasi ini banyak terjadi pada vokal.
Contoh:
windo-wando 'menolak-nolak'
gimo-gamo 'mencuci-cuci'
ngidha-ngadha 'menoleh-noleh'
siko-sako 'memotong-motong'
Contoh:
windo-wando 'menolak-nolak'
gimo-gamo 'mencuci-cuci'
ngidha-ngadha 'menoleh-noleh'
siko-sako 'memotong-motong'
b) Fungsi dan Nosi Pengulangan
Pada pengulangan ini tidak mengubah kategori kata atau tidak mempunyai fungsi gramatik tetapi hanya mempunyai fungsi semantik, yaitu memunculkan makna struktural tertentu atau nosi tertentu. Nosi-nosi itu adalah sebagai berikut:
Ø Bila kata dasarnya berupa kata sifat, proses perulangan bernosi 'menyatakan sangat atau dengan cara'.
Contoh:
mamawe atau mawe-mawe 'sangat (secara) pelan'
raria 'sangat besar'
mamolo atau molo-molo 'sangat (secara) teratur'
kiso-kaso 'sangat (secara) kacau
Contoh:
mamawe atau mawe-mawe 'sangat (secara) pelan'
raria 'sangat besar'
mamolo atau molo-molo 'sangat (secara) teratur'
kiso-kaso 'sangat (secara) kacau
Ø Bila kata dasarnya berupa kata bilangan, proses perulangan
mempunyai nosi 'masing-masing dalam jumlah yang tersebutkan pada kata
dasarnya'.
Contoh:
rarua atau rua-rua 'masing-masing dua'
aesa atau esa-esa 'masing-masing satu'
tatelu atau telu-telu 'masing-masing tiga'
sasutu atau sutu-sutu 'masing-masing empat'
lalima atau lima-lima 'masing-masing lima'
Contoh:
rarua atau rua-rua 'masing-masing dua'
aesa atau esa-esa 'masing-masing satu'
tatelu atau telu-telu 'masing-masing tiga'
sasutu atau sutu-sutu 'masing-masing empat'
lalima atau lima-lima 'masing-masing lima'
Ø Bila kata dasarnya berupa kata kerja, proses perulangan mempunyai
nosi 'tindakan yang tersebutkan pada kata dasarnya
terjadi berulang-ulang'.
Contoh:
windo-wando 'berkali-kali menolak/mendorong'
siko-sako 'berulang-ulang memotong'
gimo-gamo 'berulang-ulang mencuci'
ngidha-ngadha 'berkali-kali menoleh'
Contoh:
windo-wando 'berkali-kali menolak/mendorong'
siko-sako 'berulang-ulang memotong'
gimo-gamo 'berulang-ulang mencuci'
ngidha-ngadha 'berkali-kali menoleh'
- Kata Majemuk
Kata majemuk adalah kata bentukan yang dihasilkan dari persenyawaan dua kata atau lebih sehingga merupakan konstruksi tertutup atau pasangan tetap.
Dalam bahasa Lio banyak ditemukan kata majemuk berunsur morfem yang hanya bisa berkombinasi dengan satu bentuk tertentu.
Misalnya ule age 'burung' yang terdiri dari unsur ule sebagai kata yang dapat ditemukan pemakaiannya dalam kalimat dengan makna 'ulat' dan age sebagai unsur yang tidak pernah ditemukan di dalam konstruksi selain pada ule age tersebut.
Contoh lain:
sega nea 'tadi'
'waktu'
ata nggele 'perampok'
'orang'
Dalam bahasa Lio banyak ditemukan kata majemuk yang berasal dari
persenyawaan kata-kata semakna.
Contoh:
gelo geso 'tergelincir'
'berputar'
misu bhesa 'mencibir'
'cibir'
tiro jeju 'melompat'
'melompat menimpa'
Berdasarkan kategori unsurnya, kata majemuk bahasa Lio mempunyai pola struktur sebagai berikut:
a) Nominal + Nominal
Contoh:
ura ai 'jari' (kaki)
'urat kaki'
ura lima jari' (tengah)
'urat tangan'
pu'u kayu 'pohon'
'pangkal kayu'
ae mesi 'laut'
'air asin'
b) Nominal + Kata Kerja
Contoh:
nio ghoe 'kelapa muda'
'kelapa keruk'
ata nggoru 'nelayan'
'orang memancing'
ata daga 'pedagang'
'orang dagang'
c) Nominal + Kata Sifat
Contoh:
nuwa ji'e 'cantik'
'paras baik'
sa'o ria 'gedung'
'rumah besar'
d) Kata Keterangan Waktu + Kata Keterangan Aspek
Kata majemuk yang berstruktur ini hanya: buga la'e 'pagi'
e) Kata Kerja + Kata Kerja
Contoh:
tu medi 'membawa-bawa'
'antar ambil'
teka geti 'berdagang'
'jual beli'
f) Kata Kerja + Kata Sifat
Pola struktur ini hanya ditemukan pada kata: naka nola 'keji'
'curi jahat'
g) Kata Sifat + Kata Sifat
Contoh:
keku keta 'lemah lembut'
'lemah lembut'
penga lenga 'kosong'
'kosong lengang'
h) Kata Bilangan + Kata Ganti Tanya
Hanya terdapat pada kata sa apa 'berapa'
'satu apa'
i) Kata Penghubung + Kata Ganti Tanya
Kata majemuk yang berpola ini hanya terdapat pada kata:
ngere emba 'bagaimana'Contoh:
gelo geso 'tergelincir'
'berputar'
misu bhesa 'mencibir'
'cibir'
tiro jeju 'melompat'
'melompat menimpa'
Berdasarkan kategori unsurnya, kata majemuk bahasa Lio mempunyai pola struktur sebagai berikut:
a) Nominal + Nominal
Contoh:
ura ai 'jari' (kaki)
'urat kaki'
ura lima jari' (tengah)
'urat tangan'
pu'u kayu 'pohon'
'pangkal kayu'
ae mesi 'laut'
'air asin'
b) Nominal + Kata Kerja
Contoh:
nio ghoe 'kelapa muda'
'kelapa keruk'
ata nggoru 'nelayan'
'orang memancing'
ata daga 'pedagang'
'orang dagang'
c) Nominal + Kata Sifat
Contoh:
nuwa ji'e 'cantik'
'paras baik'
sa'o ria 'gedung'
'rumah besar'
d) Kata Keterangan Waktu + Kata Keterangan Aspek
Kata majemuk yang berstruktur ini hanya: buga la'e 'pagi'
e) Kata Kerja + Kata Kerja
Contoh:
tu medi 'membawa-bawa'
'antar ambil'
teka geti 'berdagang'
'jual beli'
f) Kata Kerja + Kata Sifat
Pola struktur ini hanya ditemukan pada kata: naka nola 'keji'
'curi jahat'
g) Kata Sifat + Kata Sifat
Contoh:
keku keta 'lemah lembut'
'lemah lembut'
penga lenga 'kosong'
'kosong lengang'
h) Kata Bilangan + Kata Ganti Tanya
Hanya terdapat pada kata sa apa 'berapa'
'satu apa'
i) Kata Penghubung + Kata Ganti Tanya
Kata majemuk yang berpola ini hanya terdapat pada kata:
'seperti mana'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar