Kata adalah bentuk bahasa terkecil yang bukan frase (Bloomfield, 1933: 178). Batasan bukan frase ini memberikan kemungkinan adanya kata yang berupa konstruksi sintaksis sehingga hubungan antara unsurnya tidak dapat diajukan dari bentuk terdekat dengan menyisipkan sebuah kata atau digeser susunannya (Reichling, 1970:16).
Jenis Kata
A. Kata
Baku
Berdasarkan fungsinya, kata dapat dibedakan atas
kata yang dapat menduduki unsur utama dan kata yang tidak dapat menduduki unsur
utama kalimat, yaitu subyek dan/atau predikat yang disebut kata baku.
Contoh:
ata ‘orang’ aku ‘aku’ lo’o
‘kecil’
ka ‘makan’ rua
‘dua’ lima ‘lima’
Kata baku
dapat dibedakan atas kata nominal, kata kerja, kata sifat, dan kata bilangan.
1)Kata
Nominal (N)
Kata-kata
baku yang menduduki obyek penderita disebut kata nominal.
Contoh:
no’o ‘bibi’ ro’a ‘kera’ ika ‘ikan’
kai ‘dia’ watu ‘batu’ pare ‘padi’
Kata nominal
ini dapat dibedakan lagi atas kata benda dan kata ganti.
1.1
Kata Benda (B), yaitu kata nominal yang
dapat berkonstruksi dengan kata. sakolo ‘seorang’, saeko ‘seekor’,
saesa ‘sebuah’, sawidha ‘sehelai’ dan sebagainya.
Kata benda
dapat dibedakan lagi menjadi 3 yaitu:
a)
Kata benda manusiawi (Bm); yaitu kata benda
yang dapat berkonstruksi dengan kata saimu ‘seorang’.
Contoh : ata ‘orang’, jou
‘guru’, eda ‘paman’, baba ‘bapak’, ana ‘anak’.
b) Kata
benda hewani (Bh); yaitu kata-kata
benda yang dapat berkonstruksi dengan kata saeko ‘seekor’.
Contoh:
nipa ‘ular’, sapi ‘sapi’, rusa ‘rusa’, ule age
‘burung’, manu ‘ayam’.
c)
Kata
benda tak bernyawa (Bt); yaitu kata-kata benda yang dapat
berkonstruksi dengan kata saesa ‘sebuah’, sawidha ‘sehelai’, salaru
‘seruas’, dan sebagainya.
Contoh:
pau ‘mangga’, jawa ‘jagung’, nio ‘kelapa’, fu
‘rambut’, podo ‘periuk’, kidha
'nyiru'.
1.2
Kata Ganti (G),kata ganti
nominal yang tidak dapat berkonstruksi dengan kata-kata saloko, saeko,
saesa dan sebagainya tetapi dapat berkonstruksi dengan kata leka
‘di’, tetapi dapat berkonstruksi dengan da ‘ke’ / ‘kepada’.
Kata ganti dapat dibedakan sebagai berikut:
1.2.1.Kata Ganti Persona (Gtp); yaitu kata ganti
yang tidak dapat berkonstruksi dengan leka ‘di’, tetapi dapat berkonstruksi
dengan da ‘kepada’. Kata ganti ini terikat pada persona pertama, persona kedua,
dan persona ketiga jamak atau tunggal. Contoh : aku ‘aku’ , kau ‘kau’, kai ‘dia’, kami
‘kami’, miu ‘kamu’, kita ‘kita’, ebe
‘mereka’.
1.2.2 Kata Ganti Nama
(Gtn); yaitu kata ganti yang mempunyai ciri-ciri struktural, tetapi kata nama
tidak hanya terikat pada persona tertentu atau dapat menjadi persona pertama,
persona kedua, atau persona ketiga.
Contoh: Yohanes,
Pilipus, Lusy dsb.
1.2.3 Kata Ganti Tempat
(Gttp); yaitu kata ganti yang dapat berkonstruksi dengan kata leka ‘di’, da
‘ke’, lo’o ‘dari’, tetapi tidak terikat oleh persona. Frase depan yang dibentuk
biasanya menduduki keterangan kalimat, seperti gha ‘sini’, gharu
‘situ’.
1.2.4 Kata Ganti Tunjuk
(Gttj); yaitu kata ganti yang tidak dapat berkonstruksi dengan kata leka ‘di’,
da ‘ke’,, tetapi dapat berkonstruksi dengan kata mai leka ‘dari pada’.
Kata itu adalah ina ‘ini’, ghea ‘itu’ seperti pada ina aji aku ‘Ini adikku’, Ka
ina, aku o ghea ‘Makan ini, aku yang itu’.
1.2.5 Kata Ganti Tanya
(GtTny); yaitu kata ganti yang biasa menggantikan unsur kalimat yang ditanyakan
dalam kalimat tanya atau sebagai unsur pembentuk kalimat tanya. Contoh: apa
‘apa’, saita ‘siapa’, sa apa ‘berapa’, ngere emba
‘bagaimana’, emba ‘mana’, na wengi ‘kapan’, ta apa ‘mengapa’.
2) Kata Kerja (Kj)
Ciri-ciri structural
kata kerja adalah kata baku yang tidak menduduki obyek penderita tetapi
menduduki predikat dan dapat berkonstruksi dengan kata keterangan aspek la’e
‘belum’, wi ‘akan’, nebu ‘sedang’, dowa ‘sudah’, tetapi
tidak berkonstruksi dengan kata dhae; dheo ‘sangat’, du ‘sekali’.
Kata kerja ini dapat
dibedakan menjadi 2:
2.1 Kata Kerja
Transitif, yaitu kata kerja yang memerlukan obyek penderita.
Contoh:
ka ‘makan’, minu ‘minum’, poke
‘melempar’, pongga ‘memukul’, wiki ‘mengambil’.
2.2 Kata Kerja
Intransitif, yaitu kata kerja yang tidak memerlukan obyek penderita.
Contoh: eru
‘tidur’, rio ‘mandi’, mbana ‘bepergian’.
Dalam bahasa Lio tidak
ditemukan kata kerja pasif, semua kata kerja berupa kata kerja aktif.
3) Kata Sifat (Sf)
Kata baku yang tidak
menduduki obyek penderita tidak dapat berkonstruksi dengan kata la’e ‘belum’,
wi ‘akan’, dowa ‘sudah’, nebu ‘sedang’, tetapi dapat berkonstruksi dengan kata
dho, dheo, dan dhu ‘sangat’’sekali’disebut kata sifat.
Untuk menyatakan
intensitas ‘sangat’ini, dalam bahasa Lio sering ditandai oleh ciri prosodi
kuantitas, yaitu dengan diperpanjang ucapannya.
Contoh: mera ‘merah’,
kune ‘kuning’, gaga ‘cantik’, fonga ‘suka’.
4) Kata Bilangan (Bil)
Kata baku yang dapat
menduduki obyek penderita pada konstruksi kalimat tertentu, tetapi tidak dapat
menduduki subyek dalam struktur kalimat nominal + kata kerja, dan dapat
berkonstruksi dengan kata imu ; orang, eko ‘ekor’, esa ‘buah’, satu ‘empat’, lima
‘lima’. Dalam bahasa Lio hanya dikenal 5 angka dasar, selebihnya dinyatakan
dengan cara menambah, mengurangi, atau melipatkan. Misalnya 6: lima esa (lima
dan satu), 7: lima rua, rua mbutu atau rua satu, 9: tera
esa, 10: sembulu, 20: mbulu rua.
B. Kata Tugas
Kata yang tidak dapat menduduki unsur
utama kalimat, yaitu tidak dapat menduduki subyek atau predikat.
Jenis-jenis kata tugas:
1.
Kata
Penghubung
Kata
tugas yang berfungsi sebagai penanda hubungan antar kata, frase, dan klausa.
Kata penghubung dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sebagai penanda hubungan
serta/koordinatif (misalnya no’o ‘dan’, ta ‘atau’, tapi
‘tetapi’) dan kata penghubung sebagai penanda hubungan bertingkat/direktif (misalnya
demi ‘jika’, nebu ‘sewaktu’, la’e ‘sebelum’).
Berdasarkan
makna strukturalnya, kata-kata penghubung dapat dibedakan sebagai berikut:
a)
Jumlah:
no’o ‘dan’
b)
Urutan:
mbeja ina ‘kemudian’, tau mbeja kai ‘akhirnya’
c)
Pilih:
ta ‘atau’
d)
Pertentangan:
tapi ‘tetapi’, di ‘tetapi’
e)
Tingkat:
dho ‘sangat’
f)
Perbandingan:
ngere ‘seperti’
g)
Sebab:
seba ‘sebab’, bereka ‘berkat’, berhubu ‘berhubung’
h)
Akibat:
sehingga ‘sehingga’, sape-sape ‘sampai-sampai’
i)
Waktu:
nelu ‘waktu’, ‘sewaktu’, sala’e ‘sebelum’, mbeja ‘sesudah’
j)
Pengandaaian:
seandhe ghe ‘seandainya’
k)
Syarat:
demi ‘jika’
l)
Tak
bersyarat: maski ‘meskipun’
m) Harapan: supae ‘supaya’, we’e
‘agar’
n)
Isi:
so’o ‘bahwa’
o)
Kegunaan:
to ‘untuk’
p)
Cara:
no’o ‘dengan’
q)
Penjelas:
eo ‘yang’, o ‘yang’
r)
Perkecualian:
kecuali ‘kecuali’, selae ‘selain’
2.
Kata
Sandang
Kata tugas yang biasa berkonstruksi
dengan kata-kata nominal dalam konstruksi endosentrik atributif. Kata-kata
sandang itu adalah a ‘si’, ni ‘si’, ghea ‘itu’.
3.
Kata Keterangan
Kata tugas yang biasa berkonstruksi
dengan kata sifat atau kata kerja dalam konstruksi endosentrik atributif.
Kata
keterangan dapat dibedakan atas:
a.
Keterangan
waktu: saga nea ‘tadi’, wai sia ‘esok’, wengi rua ‘lusa’, na
welo ‘nanti’, mere mai ‘kemarin’.
b. Keterangan
modal: musti ‘mesti’, mungki ‘mungkin’, muda-mudaha
‘mudah-mudahan’, sai mbe’o ,’barangkali’.
c.
Keterangan
aspek: la’e ‘belum’, wi ‘akan’, nebu ‘sedang’, do, dowa
‘sudah’.
d.
Keterangan
cara: so bheni ‘sebaiknya’, selama ‘secepatnya’.
e.
Keterangan
kuantitas: parna ‘pernah’, sabhondo ‘banyak’.
4.
Kata Depan
Kata
tugas yang biasa berkonstruksi dengan kata nominal atau frase nominal dalam
konstruksi eksosentrik drektif.
Contoh:
leka ‘di’, da ‘ke’, mai ‘dari’, pati ‘untuk’.
5.
Kata
Bantu Kata Kerja
Kata
tugas yang biasa berkonstruksi dengan kata nominal atau frase nominal dalam konstruksi eksosentrik drektif.
Contoh:
leka ‘di’, da ‘ke’, mai ‘dari’, pati ‘untuk’.
6.
Kata
Bantu Kata Bilangan
Kata tugas yang berkonstruksi dengan bilangan dalam konstruksi endosentrik
atributif dan kata bilangannya sebagai inti.
Contoh: kolo imu ‘orang’, eko ‘ekor’, esa ‘buah’, widha ‘helai’.
7.
Kata
Seru
Kata tugas yang menyatakan seruan.
Contoh: aduh, astaga, sstt, hm.
8.
Kata
Pementing/Pengeras
Dalam bahasa Lio terdapat kata tugas yang
dapat berkonstruksi dengan kata
Baku
yang mana pun dan dapat berkonstruksidengan kata tugas, dalam konstruksi
endosentrik atributif. Kata ini berfungsi memberikan tekanan terhadap unsur
kalimat yang dipentingkan. Kata tersebut adalah si ‘lah’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar