Sabtu, 28 Februari 2015

SAKURA

 
Bunga Sakura adalah contoh sempurna untuk menggambarkan bagaimana seharusnya manusia hidup. Dia menjadi simbol pengingat bahwa di dunia ini semua berpasangan. Bersama kesedihan ada kebahagiaan, bersama tawa canda ada tangisan, bersama kematian ada kelahiran. Namun demikian Sakura tidak pernah melakukan hal-hal yang bombastis dan hal-hal spektakuler. Sakura tidak pernah melakukan hal-hal revolusioner. Sakura tidak pernah melakukan eksperimen yang berujung pada penemuan terbesar yang mengubah sejarah. Sakura hanya melakukan apa yang dia bisa selama masa hidupnya. Dia mekar, menunjukkan keindahannya dengan begitu jujur selama dua minggu yang singkat itu. Dia memberikan perasaan menyenangkan bagi orang yang melihatnya. Dia meneduhkan jalan-jalan yang dilalui manusia selama dua minggu masa hidupnya. Tapi itu saja sudah cukup untuk membuat orang-orang mengenangnya dalam cara yang luar biasa. Walaupun usianya hanya dua minggu, tapi ia berjanji akan mekar kembali di musim selanjutnya. Ia akan kembali membagi keindahannya. Ia akan kembali membagi keceriaannya. Ia akan kembali membagi kesejukan hati dan kedamaiannya bagi siapa saja yang memandangnya. Sakura selalu menepati janjinya, karena Sakura adalah Janji.
 --watashi wa Yaezakura desu--

Jumat, 27 Februari 2015

Mengenal sosok Al-Farabi: Ilmuwan serbabisa dari Farab-Uzbekistan

Bernama lengkap Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzlag Al-Farabi, ini dikenal sebagai filsuf muslim yang mendapat julukan "Guru Kedua" setelah Aristoteles.Jasanya bagi perkembangan ilmu filsafat pada umumnya dan filsafat Islam pada khususnya sangat besar.Menurut barbagai sumber,ia menguasai 70 jenis bahasa dunia,dan karenanya Al-Farabi dikenal menguasai banyak cabang keilmuan.
Di bidang filsafat,Al-Farabi termasuk dalam kelompok filsuf kemanusiaan. Ia lebih mementingkan soal-soal kemanusiaan seperti akhlak (etika), kehidupan intelektual,politik,dan seni.Filsafat Al-Farabi merupakan campuran antara filsafat Aristoteles dan Neo-Platonisme dengan pikiran keislaman yang jelas dan corak aliran Syiah Imamiah.
      Dalam soal ilmu mantik dan filsafat fisika,ia mengikuti pemikiran Aristoteles sedangkan dalam metafisika ia mengikuti jejak Plotinus (205-270),seorang tokoh utama Neoplatonisme.
Al-Farabi mempunyai keyakinan penuh bahwa antara agama dan filsafat tidak terdapat pertentangan karena sama-sama membawa kepada kebenaran.
     Diantara pemikiran filsafat Al-Farabi yang terkenal adalah penjelasannya tentang filsafat emanasi (al-faid),yaitu teori yang mengajarkan tentang proses urut-urutan kejadian suatu wujud yang mungkin (alam makhluk) dari Zat yang wajib al wujud (Tuhan). Menurutnya, Tuhan adalah akal pikiran yang bukan berupa benda. Segala sesuatu, menurutnya memancar/keluar dari Tuhan karena Tuhan mengetahui bahwa ia menjadi dasar susunan wujud yang sebaik-baiknya.Ilmu-Nya menjadi sebab bagi wujud semua yang diketahui-Nya. Al-Farabi mengatakan bahwa Tuhan itu benar-benar Esa,karena itu yang keluar dari pada-Nya tentu harus satu wujud saja. Dasar adanya emanasi adalah karena dalam pemikiran Tuhan dan pemikiran akal-akal yang timbul dari Tuhan terdapat kekuatan emanasi dan penciptaan.
     Selain filsafat emanasi, Al-Farabi juga dikenal dengan filsafat kenabian dan filsafat politik kenegaraannya. Dia berkesimpulan bahwa para nabi/rasul maupun para filsuf sama-sama berkomunikassi dengan akal fa'al, yaitu akan kesepuluh (malaikat).Perbedaannya, komunikasi nabi/rasul dengan akal kesepuluh terjadi melalui perantaraan imajinasi (al-mutakhaliyyilah) yang sangat kuat, sedangkan para filsuf berkomunikasi dengan akal kesepuluh melalui akal mustafad, yaitu akal yang mempunyai kesanggupan dalam menangkap inspirasi dari akal kesepuluh yang ada di luar diri manusia.

Dalam filsafat kenegaraan, Al-Farabi membedakan menjadi lima macam:
  1. Negara Utama (al-madinah al-fadilah),yaitu negara yang penduduknya berada dalam kebahagiaan. Menurutnya,negara yang baik adalah negara yang dipimpin oleh Rasul dan kemudian para filsuf.
  2. Negara orang-orang bodoh (al-madinah al-jahiliah),yaitu negara yang penduduknya tidak mengenal kebahagiaan.
  3. Negara orang-orang fasik (al-madinah al-fasiqah),yaitu negara yang penduduknya mengenal kebahagiaan, Tuhan dan fa'al (al-madinah al-fadilah),tetapi tingkah laku mereka sama seperti penduduk negeri yang bodoh.
  4. negara yang berubah-ubah (al-madinah al-mutabaddilah),yaitu negara yang penduduknya semula mempunyai pemikiran dan pendapat seperti yang dimiliki negara utama,tetapi kemudian mengalami kerusakan.
  5. Negara sesat (al-madinah ad-dallah),yaitu negara yang penduduknya mempunyai konsepsi pemikiran yang salah tentang Tuhan dan akal Fa'al, tetapi kepala negara nya beranggapan bahwa dirinya mendapat wahyu dan kemudian ia menipu banyak orang dengan ucapan dan perbuatannya.

SINTAKSIS DALAM BAHASA LIO

A.      FRASE
            Sintaksis akan menganalisis konstruksi yang unsur-unsurnya berupa bentuk bebas. Konstruksi yang demikian disebut konstruksi sintaksis. Suatu konstruksi yang terdiri atas dua kata atau lebih disebut frase (Bloch dan Trager, 1944: 71).

A.1 Tipe Hubungan Unsur Langsung Frase
             Menurut Nida (1994:94) “Functional relationships between immediate constituents are    defined here as denoting (1) the relationships of the parts of whole, and (2) the relationships between the parts. The first type of relationship may defined as endocentric and the second as subordinate, or coordinate, or nonsubordinate and noncoordinate.

1)      Frase Endosentrik
Jika suatu frase mempunyai fungsi yang sama dengan salah satu unsurnya disebut frase endosentrik (Bloch and Trager, 1994: 76).
Contoh:
            kaki fai             ‘laki perempuan’
            ha’i ta lima      ‘kaki atau tangan’
            kopi ba’i          ‘kopi pahit’
            ika gara           ‘ikan asin’

Berdasarkan perilaku hubungan antar unsurnya, frase endosentrik ini dapat dibedakan atas frase endosentrik atributif dan koordinatif (Hockett, 1959:185; Nida 1994:94).

1.1  Frase Endosentrik Atributif
Jika salah satu unsur frase endosentrik merupakan inti dan yang lain sebagai atributnya, tipe frase ini disebut frase endosentrik atributif. Unsur frase endossentrik yang mempunyai perilaku yang sama dengan keseluruhan frase tersebut adalah inti dan lainnyamerupakan atribut (Hockett, 1959: 184).
Frase ika gara   ‘ikan asin’ adalah frase endosentrik atrbutif karena ika ‘ikan’ mempunyai perilaku yang sama dengan ika gara  ‘ikan asin’sehingga dapat dibuat paradigma sebagai berikut:
              aku pesa ika gara          ‘aku makan ikan asin’
              aku pesa ika                   ‘aku makan ikan’

Contoh lain:
                      doi besi          ‘uang logam’
                      lawo Lio         ‘sarung Lio’
                      mbana jolo     ‘pergi merantau’

1.2  Frase Endosentrik Koordinatif
Setiap unsur frase endosentrik yang merupakan inti atau mempunyai fungsi yang sama dengan keseluruhan konstruksinya disebut frase frase endosentrik koordinatif.
Contoh:
              ana mamo           ‘anak cucu’
              uma sawa            ‘sawah (ladang)’
              rada no wunu     ‘dahan dan ranting’
              kopi ta te              ‘kopi atau teh’
              lembu ta kamba  ‘kerbau atau domba’

2.      Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang mempunyai funsi tidak sama dengan salah satu unsurnya (Bloch and Triger, 1994: 76).
Hockett (1955: 951) membedakan konstruksi eksosentrik menjadi tiga golongan, yaitu:
·         Konstruksi Direktif: salah satu unsurnya konektor (berupa kata bantu kata kerja) dan yang lain sebagai atribut predikat.
·         Konstruksi Predikatif: salah satu unsurnya menjadi subyek dan yang lain sebagai predikat.
·         Konstruksi Konektif: terdiri atas konstruksi penghubung dan atribut,dalam bahasa Lio tidak ditemukan.

Berdasarkan jenis dan sifat hubungan antar unsur-unsurnya, frase eksosentrik direktif dapat dibedakan menjadi tiga golongan,yaitu:
a)      Frase depan; yaitu frase direktif yang direktornya berupa kata depan aksis berupa kata/nominal.
Contoh:
                  leka nia            ‘pada dahi’
                  da ghea uma    ‘ke ladang’
                  pati bibi           ‘untuk bibi’
                  no’o aji ghe     ‘dengan adiknya’
b)      Frase Berpenghubung; yaitu frase direktif dengan direktor kata penghubung dan aksisnya kata/frase nominal.
Contoh:
                  sala’e kai eru     ‘sebelum dia tidur’
                  nebu aku ka        ‘ketika aku makan’
c)      Frase  Objektif
Frase objektif yaitu frase direktif dengan direktor kata kerja dan aksisnya berupa kata kata/nominal.
Contoh:
                  rura ndu’a    ‘menebang pohon’
                  gae kura        ‘mencari udang’
                  minu kopi      ‘minum kopi’
                 



Rabu, 25 Februari 2015

Kisah di balik lagu Patience - Guns N Roses

Sebuah catatan yang ditulis oleh Duff McKagan pada 28 Oktober 2010

Pada tahun 1984, Izzy Stradlin tinggal di sebuah apartemen di seberang jalan dari rumah saya di Hollywood, tepat di belakang Teater Cina dari Hollywood Boulevard. Pria itu sepertinya selalu memegang gitar akustik ditangannya, dan selalu menulis potongan-potongan lagu. Dan dia masih melakukan hal itu hingga ini.
Ada satu melodi khusus yang yang sedang ia garap dan sesekali ia akan istirahat lalu menggarap melodi itu kembali.
Pada tahun 1986, band kami Guns N’ Roses memiliki kontrak rekaman.  Dengan uang itu, aku menyisihkan sebagian gajiku untuk membayar sewa atau setengahnya, aku harus mengatakan itu berguna selama sekitar enam bulan.
Salah satu dari sahabat perempuan terbaikku Debby, pada saat itu mencoba untuk pindah ke Hollywood dari rumah orang tuanya ke suatu tempat di Orange Country. Aku dan dia memutuskan dapat membagi sewa apartemen untuk satu kamar tidur di Gardner, dia akan mendapatkan kamar tidur, dan aku lantai ruang makan.
Teman baikku yang lain  adalah  seorang pria bernama Del James, yang baru melakukan pencangkokan di New York menjadi bagian penting dari kelompok kecil kami.
Del membutuhkan tempat untuk istirahat selama seminggu bahkan lebih, dan untuk selanjutnya, apa yang menjadi milikku adalah miliknya. Selama minggu pertama, Del dan teman sekamarku, Debby menjadi akrab, lalu Del pindah dari sofa ke kamar tidurnya. Del adalah seorang pembaca setia, dan mengenalkan aku akan sebuah buku yang berjudul Slugs karangan Shaun Hutson. Aku ingat saat sedang duduk di kamar tidur / ruang makan sambil menarik tirai kuat-kuat, dan membaca buku tentang seputar kehidupan di sekitar apartemen kami.
Aku ingat lagu pendek Izzy, yang ia buat dengan judul  “Patience,” dan aku pernah menuliskan lirik awal lagu itu tapi dengan versiku, ‘”I sit here doing drugs/Reading a book about slugs/All I need is a little patience.” (Aku duduk disini memakai narkoba sambil membaca buku Slugs, dan semuanya membutuhkan kesabaran).
Lirik yang mengerikan ini tidak akan pernah hilang dan akan menjadi kenangan dari apartemenku, terima kasih Tuhan.  Axl datang dengan sebuah lirik yang hebat, entah dari mana, yang tentu saja menjadi cerita dan melodi lagu itu.  Bagian siulan di awal – langkah awal yang dibuat  oleh Axl – sementara tampak aneh bagi beberapa penggemar kami dan kritikus musik ketika album LIES  dirilis, dan siulan itu menjadi bagian dari budaya pop. Lagu ini hanya tidak akan menjadi sebuah lagu tanpa itu, kan? Ini selalu salah satu lagu favoritku di GN’R yang  pernah kami kerjakan semasa hidup kami.




Jumat, 20 Februari 2015

MORFOLOGI BAHASA LIO (2): BENTUK KATA

A.  Kata Asal
Kata asal bahasa Lio pada umumnya terdiri atas dua suku (bisilabik), misalnya lo'o 'kecil', kai 'dia', bara 'putih', fonga 'suka', leka 'di', to'o 'dari'.
Meskipun jumlah kata asal bersuku tunggal tidak banyak, tetapi dalam pemakaian bahasa Lio banyak terdapat kata bersuku tunggal. Hal ini disebabkan karena masyarakat pemakai bahasa Lio sering menyingkat kata dengan mengucapkan suku pertamanya saja, misalnya: to'o  'dari' disingkat menjadi to, so'o 'bahwa'  disingkat menjadi so, dowa   'sudah'  disingkat menjadi do, tau 'bikin' disingkat menjadi ta, no'o 'dan, dengan' disingkat menjadi no, we'e  'agar' disingkat menjadi we.
Secara morfologis perbendaharaan kata bahasa Lio tidak mengalami perkembangan, sering suatu kata digunakan dalam berbagai pengertian, misalnya kata kerja mai  'datang' digunakan untuk kata depan juga mai  'dari' dan pati  'memberi' untuk kata depan artinya 'untuk'. Hal ini disebabkan oleh pengaruh bahasa Indonesia atau konsep-konsep pemikiran baru akibat budaya pemakainya. Hampir semua pemakai bahasa Lio tidak membedakan hal itu seperti yang terjadi pada bahasa Indonesia misalnya membeli-membelikan, maka muncullah teka 'membeli', teka geti 'membeli' (untuk orang lain).

B. Kata Bentukan
v  Kata Berimbuhan
 Dalam bahasa Lio hanya ada imbuhan sa yang melekat pada kata bantu bilangan,  misalnya pada sakolo 'seorang', saimu 'seorang', saeko 'seekor', saesa 'sebuah',  sawidha 'sehelai'. Imbuhan ini berfungsi sebagai pembentuk kata bilangan dengan  makna struktural 'menyatakan jumlah satu' dalam kesatuan jenis sebagaimana  disebutkan pada kata dasarnya.
v  Kata Ulang 
a) Bentuk Kata Ulang
    Dalam bahasa Lio terdapat 3 macam kata ulang:
    1. Kata Ulang Sempurna
        Kata sifat dapat diulang secara sempurna yang kata dasarnya diulang tanpa                    mengalami   
        perubahan.
        Contoh:
                         mawe-mawe          'pelan-pelan'
                         mule-mule             'kuat-kuat'
                         ria-ria                    'besar-besar'
                         lo'o-lo'o                 'kecil-kecil'
                         kune-kune             'kuning-kuning'
                         bheni-bheni           'baik-baik'

      Disamping kata sifat, kata bilangan pokok dapat diulang secara sempurna.
      Contoh:
                       esa-esa               'satu-satu'
                       rua-rua              'dua-dua'
                       telu-telu             'tiga-tiga'
                       satu-satu            'empat-empat'
                       lima-lima           'lima-lima'
2. Kata Ulang Dwipurwa
Kata ulang dwipurwa yaitu kata yang perulangannya terdapat pada suku awal. Bentuk kata ulang dwipurwa dalam bahasa Lio selalu bersuku awal dengan bunyi silabik- silabik bila suku I kah: asalkan bunyi silabiknya bukan [a], pasti bervariasi menjadi 
[ a ].
 Contoh:
                          mamula        'kuat-kuat'
                          bhabheni      'baik-baik'
                          kakune         'kuning-kuning'
                          aesa             'satu-satu'
                          rarua            'dua-dua'
3. Kata Ulang Bervariasi Fonem
Kata ulang ini terjadi dengan perubahan salah satu fonem kata dasarnya.  
Perubahan fonem/variasi ini banyak terjadi pada vokal.
Contoh:
                           windo-wando          'menolak-nolak'
                           gimo-gamo             'mencuci-cuci'
                           ngidha-ngadha       'menoleh-noleh'
                           siko-sako                'memotong-motong'

b) Fungsi dan Nosi Pengulangan
Pada pengulangan ini tidak mengubah kategori kata atau tidak mempunyai fungsi  gramatik tetapi hanya mempunyai fungsi semantik, yaitu memunculkan makna  struktural tertentu atau nosi tertentu. Nosi-nosi itu adalah sebagai berikut:
Ø  Bila kata dasarnya berupa kata sifat, proses perulangan bernosi 'menyatakan sangat atau dengan cara'.
            Contoh:
                         mamawe atau mawe-mawe         'sangat (secara) pelan'
                         raria                                         'sangat besar'
                         mamolo atau molo-molo              'sangat (secara) teratur'
                         kiso-kaso                                   'sangat (secara) kacau
Ø  Bila kata dasarnya berupa kata bilangan, proses perulangan mempunyai nosi 'masing-masing dalam jumlah yang tersebutkan pada kata dasarnya'.
             Contoh:
                          rarua     atau rua-rua             'masing-masing dua'
                          aesa      atau esa-esa               'masing-masing satu'
                          tatelu    atau telu-telu             'masing-masing tiga'
                          sasutu   atau sutu-sutu            'masing-masing empat'
                          lalima   atau lima-lima              'masing-masing lima'
Ø  Bila kata dasarnya berupa kata kerja, proses perulangan mempunyai nosi  'tindakan   yang tersebutkan pada kata dasarnya terjadi berulang-ulang'.
           Contoh:
                          windo-wando                  'berkali-kali menolak/mendorong'
                          siko-sako                        'berulang-ulang memotong'
                          gimo-gamo                      'berulang-ulang mencuci'
                          ngidha-ngadha                'berkali-kali menoleh'
  • Kata Majemuk
    Kata majemuk adalah kata bentukan yang dihasilkan dari persenyawaan dua kata atau lebih sehingga merupakan konstruksi tertutup atau pasangan tetap.
    Dalam bahasa Lio banyak ditemukan kata majemuk berunsur morfem yang hanya bisa berkombinasi dengan satu bentuk tertentu.
    Misalnya ule age 'burung' yang terdiri dari unsur ule sebagai kata yang dapat ditemukan pemakaiannya dalam kalimat dengan makna 'ulat' dan age sebagai unsur yang tidak pernah ditemukan di dalam konstruksi selain pada ule age tersebut.
    Contoh lain:
                           sega nea           'tadi'
                              'waktu'
                       
                          ata nggele          'perampok'
                             'orang'
Dalam bahasa Lio banyak ditemukan kata majemuk  yang berasal dari persenyawaan kata-kata semakna.
Contoh:
             gelo geso                     'tergelincir'
              'berputar'
             misu bhesa                    'mencibir'
                'cibir'
             tiro jeju                           'melompat'
             'melompat  menimpa'
                         
Berdasarkan kategori unsurnya, kata majemuk bahasa Lio mempunyai pola struktur sebagai berikut:
a) Nominal + Nominal
    Contoh:
                 ura ai                 'jari' (kaki)
                 'urat kaki'
                ura lima              jari' (tengah)
                'urat tangan'
               pu'u kayu            'pohon'
               'pangkal kayu'
           
               ae mesi               'laut'
               'air asin'
b) Nominal + Kata Kerja
    Contoh:
                 nio ghoe                        'kelapa muda'
                 'kelapa keruk'
                 ata nggoru                     'nelayan'
                 'orang memancing'
                 ata daga                      'pedagang'
                 'orang dagang'
c) Nominal + Kata Sifat
    Contoh:
                   nuwa ji'e                 'cantik'
                   'paras baik'
                   sa'o ria                    'gedung'
                   'rumah besar'
d) Kata Keterangan Waktu + Kata Keterangan Aspek
    Kata majemuk yang berstruktur ini hanya: buga la'e   'pagi'
 
e) Kata Kerja + Kata Kerja
    Contoh:
                 tu medi                'membawa-bawa'
                 'antar ambil'
                teka geti              'berdagang'
                'jual beli'
 f) Kata Kerja + Kata Sifat
    Pola struktur ini hanya ditemukan pada kata:  naka nola       'keji'
                                                                          'curi jahat' 
g) Kata Sifat + Kata Sifat
    Contoh:
                  keku keta                 'lemah lembut'
                  'lemah lembut'
                  penga lenga             'kosong'
                  'kosong lengang'
h) Kata Bilangan + Kata Ganti Tanya
    Hanya terdapat pada kata  sa apa     'berapa'
                                            'satu apa'
i) Kata Penghubung + Kata Ganti Tanya
   Kata majemuk yang berpola ini hanya terdapat pada kata:  
             ngere  emba    'bagaimana'
             'seperti mana'
                                                                                      

Selasa, 17 Februari 2015

RAPUNZEL


A long time ago, there lived a young couple, a man and his wife. His wife was expecting their baby. She wanted a plant that only grew in her neighbour's garden. She wanted it so much. She event intended to steal it herself, but later on, she sent her husband to steal it. Unfortunately, Mother Gothel, the owner of the garden caught him doing it. She was a witch. Then, Mother Gothel forced the couple to give their baby to her.
A few months later, the baby was born. It was a girl and named Rapunzel. Soon, this baby was taken away to live with Mother Gothel. Rapunzel grew to be a beautiful young girl with her long hair. She , at first was cared in a normal way. When she reached puberty, she was locked in a tower so that she would never leave Mother Gothel. The tower stood in the forest. It could only be entered by climbing on Rapunzel's long hair. To cheer herself up, she loved to sing.
One day, the King's son was riding through the forest when he heard Rapunzel singing. Mystified, he rode to the tower, but could see no door so could not understand how anyone could be there. He decided to stay and watch to tower and listen to the singing. After a while the witch came along and the prince watched her carefully. He was amazed as she called out,"Rapunzel, Rapunzel, let down your  long hair," a long golden palit of hair fell almost to the ground.
The prince saw the witch climb up the hair and disappear through the window, and he made up his mind he would wait until she had gone and see if he could do the same.

So after the witch had gone, he stood where the witch had been and called,"Rapunzel, Rapunzel, let down your long hair."
When the golden plait came tumbling down, he climbed up as the witch had done and found to his astonishment to the most beautiful girl he had ever seen. They talk for a long time and then the prince left, promising to come again. Rapunzel looked forward to his visits, for she had been lonely. He told her all about the world outside her tower, and they feel deeply in love.
Then, Rapunzel made a plan to escape from the tower. She wanted to be with the prince. She asked the prince to bring her a skein of silk each time he visited her. She might make a ladder for her escape. Unfortunately, Mother Gothel caught on. Then, she banished Rapunzel to the desert. She threw the prince from the tower into a thorny bush. He escaped with his life, bu the thorns into which he feel pierced his eyes. He wandered quite blind.
In this way, the Prince roamed in misery for some months and at length came to the desert where the witch had banished Rapunzel. He heard a voice singing and it seemed so familiar to him that he went towards it. When he approached, Rapunzel knew him and fell into his arms and wept.
lTwo of her tears fell on his eyes and the Prince could see again. He led her to the kingdom where he was joyfully received, and they lived for a long time afterwards, happy, and contented.

Vocabularies:
Witch                    : penyihir
Force                    : memaksa
Puberty                 : masa remaja
Mystified              : membingungkan
Plait                      : huntaian
Tumbling down    : jatuh ke bawah
Astonishment       : keheranan
Escape                  : melarikan diri
Skein                    : segelondong
Banished              : membuang
Desert                  : gurun pasir
Thorny                 : berduri
Blind                    : buta

"And so I will follow a falling star. To find out who I am and who you are. Come along, you know it can't be very far. The waves they sing to me." -Rapunzel-


  

Senin, 16 Februari 2015

MORFOLOGI BAHASA LIO (1): JENIS KATA

Kata adalah bentuk bahasa terkecil yang bukan frase (Bloomfield, 1933: 178). Batasan bukan frase ini memberikan kemungkinan adanya kata yang berupa konstruksi sintaksis sehingga hubungan antara unsurnya tidak dapat diajukan dari bentuk terdekat dengan menyisipkan sebuah kata atau digeser susunannya (Reichling, 1970:16).

Jenis Kata
A.  Kata Baku
Berdasarkan fungsinya, kata dapat dibedakan atas kata yang dapat menduduki unsur utama dan kata yang tidak dapat menduduki unsur utama kalimat, yaitu subyek dan/atau predikat yang disebut kata baku.
Contoh:
ata     ‘orang’         aku    ‘aku’            lo’o     ‘kecil’          
ka      ‘makan’         rua    ‘dua’            lima    ‘lima’

Kata baku dapat dibedakan atas kata nominal, kata kerja, kata sifat, dan kata bilangan.

1)Kata Nominal (N)
Kata-kata baku yang menduduki obyek penderita disebut kata nominal.
Contoh:
no’o         ‘bibi’            ro’a    ‘kera’           ika     ‘ikan’           
kai           ‘dia’              watu   ‘batu’           pare   ‘padi’

Kata nominal ini dapat dibedakan lagi atas kata benda dan kata ganti.
1.1          Kata Benda (B), yaitu kata nominal yang dapat berkonstruksi dengan kata. sakolo ‘seorang’, saeko ‘seekor’, saesa ‘sebuah’, sawidha ‘sehelai’ dan sebagainya.

Kata benda dapat dibedakan lagi menjadi 3 yaitu:
a)    Kata benda manusiawi (Bm); yaitu kata benda yang dapat berkonstruksi dengan kata saimu ‘seorang’.
             Contoh : ata ‘orang’, jou ‘guru’, eda ‘paman’, baba ‘bapak’, ana ‘anak’.
b)   Kata benda hewani        (Bh); yaitu kata-kata benda yang dapat berkonstruksi dengan kata saeko ‘seekor’.
            Contoh: nipa ‘ular’, sapi ‘sapi’, rusa ‘rusa’, ule age ‘burung’, manu ‘ayam’.
c)    Kata benda tak bernyawa (Bt); yaitu kata-kata benda yang dapat berkonstruksi dengan kata saesa ‘sebuah’, sawidha ‘sehelai’, salaru ‘seruas’, dan sebagainya.
            Contoh: pau ‘mangga’, jawa ‘jagung’, nio ‘kelapa’, fu ‘rambut’, podo ‘periuk’, kidha
                         'nyiru'.                                                                                                      
1.2         Kata Ganti (G),kata ganti nominal yang tidak dapat berkonstruksi dengan kata-kata saloko, saeko, saesa dan sebagainya tetapi dapat berkonstruksi dengan kata leka ‘di’, tetapi dapat berkonstruksi dengan da ‘ke’ / ‘kepada’.

Kata ganti dapat dibedakan sebagai berikut:
1.2.1.Kata Ganti Persona (Gtp); yaitu kata ganti yang tidak dapat berkonstruksi dengan leka ‘di’, tetapi dapat berkonstruksi dengan da ‘kepada’. Kata ganti ini terikat pada persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga jamak atau tunggal. Contoh : aku ‘aku’        , kau ‘kau’, kai ‘dia’, kami ‘kami’, miu ‘kamu’, kita ‘kita’, ebe ‘mereka’.

1.2.2 Kata Ganti Nama (Gtn); yaitu kata ganti yang mempunyai ciri-ciri struktural, tetapi kata nama tidak hanya terikat pada persona tertentu atau dapat menjadi persona pertama, persona kedua, atau persona ketiga.
Contoh: Yohanes, Pilipus, Lusy dsb.

1.2.3 Kata Ganti Tempat (Gttp); yaitu kata ganti yang dapat berkonstruksi dengan kata leka ‘di’, da ‘ke’, lo’o ‘dari’, tetapi tidak terikat oleh persona. Frase depan yang dibentuk biasanya menduduki keterangan kalimat, seperti gha ‘sini’, gharu ‘situ’.

1.2.4 Kata Ganti Tunjuk (Gttj); yaitu kata ganti yang tidak dapat berkonstruksi dengan kata leka ‘di’, da ‘ke’,, tetapi dapat berkonstruksi dengan kata mai leka ‘dari pada’. Kata itu adalah ina ‘ini’, ghea ‘itu’ seperti  pada ina aji aku ‘Ini adikku’, Ka ina, aku o ghea ‘Makan ini, aku yang itu’.

1.2.5 Kata Ganti Tanya (GtTny); yaitu kata ganti yang biasa menggantikan unsur kalimat yang ditanyakan dalam kalimat tanya atau sebagai unsur pembentuk kalimat tanya. Contoh: apa ‘apa’, saita ‘siapa’, sa apa ‘berapa’, ngere emba ‘bagaimana’, emba ‘mana’, na wengi  ‘kapan’, ta apa ‘mengapa’.

2) Kata Kerja (Kj)
Ciri-ciri structural kata kerja adalah kata baku yang tidak menduduki obyek penderita tetapi menduduki predikat dan dapat berkonstruksi dengan kata keterangan aspek la’e ‘belum’, wi ‘akan’, nebu ‘sedang’, dowa ‘sudah’, tetapi tidak berkonstruksi dengan kata dhae; dheo ‘sangat’,  du ‘sekali’.

Kata kerja ini dapat dibedakan menjadi 2:

2.1 Kata Kerja Transitif, yaitu kata kerja yang memerlukan obyek penderita.
Contoh:
 ka ‘makan’, minu ‘minum’, poke ‘melempar’, pongga ‘memukul’, wiki ‘mengambil’.

2.2 Kata Kerja Intransitif, yaitu kata kerja yang tidak memerlukan obyek penderita.
Contoh: eru ‘tidur’, rio ‘mandi’, mbana ‘bepergian’.
Dalam bahasa Lio tidak ditemukan kata kerja pasif, semua kata kerja berupa kata kerja aktif.

3) Kata Sifat (Sf)
Kata baku yang tidak menduduki obyek penderita tidak dapat berkonstruksi dengan kata la’e ‘belum’, wi ‘akan’, dowa ‘sudah’, nebu ‘sedang’, tetapi dapat berkonstruksi dengan kata dho, dheo, dan dhu ‘sangat’’sekali’disebut kata sifat.
Untuk menyatakan intensitas ‘sangat’ini, dalam bahasa Lio sering ditandai oleh ciri prosodi kuantitas, yaitu dengan diperpanjang ucapannya.
Contoh: mera ‘merah’, kune ‘kuning’, gaga ‘cantik’, fonga ‘suka’.

4) Kata Bilangan (Bil)
Kata baku yang dapat menduduki obyek penderita pada konstruksi kalimat tertentu, tetapi tidak dapat menduduki subyek dalam struktur kalimat nominal + kata kerja, dan dapat berkonstruksi dengan kata imu ; orang, eko ‘ekor’, esa  ‘buah’, satu ‘empat’, lima ‘lima’. Dalam bahasa Lio hanya dikenal 5 angka dasar, selebihnya dinyatakan dengan cara menambah, mengurangi, atau melipatkan. Misalnya 6: lima esa (lima dan satu), 7: lima rua, rua mbutu atau rua satu, 9: tera esa, 10: sembulu, 20: mbulu rua.

 B.  Kata Tugas
Kata yang tidak dapat menduduki unsur utama kalimat, yaitu tidak dapat menduduki subyek atau predikat.

Jenis-jenis kata tugas:

1.     Kata Penghubung
Kata tugas yang berfungsi sebagai penanda hubungan antar kata, frase, dan klausa. Kata penghubung dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sebagai penanda hubungan serta/koordinatif (misalnya no’o ‘dan’, ta ‘atau’, tapi ‘tetapi’) dan kata penghubung sebagai penanda hubungan bertingkat/direktif (misalnya demi ‘jika’, nebu ‘sewaktu’, la’e ‘sebelum’).
Berdasarkan makna strukturalnya, kata-kata penghubung dapat dibedakan sebagai berikut:
a)    Jumlah: no’o ‘dan’
b)   Urutan: mbeja ina ‘kemudian’, tau mbeja kai ‘akhirnya’
c)    Pilih: ta ‘atau’
d)   Pertentangan: tapi ‘tetapi’, di ‘tetapi’
e)   Tingkat: dho ‘sangat’
f)    Perbandingan: ngere ‘seperti’
g)   Sebab: seba ‘sebab’, bereka ‘berkat’, berhubu ‘berhubung’
h)   Akibat: sehingga ‘sehingga’, sape-sape ‘sampai-sampai’
i)     Waktu: nelu ‘waktu’, ‘sewaktu’, sala’e ‘sebelum’, mbeja ‘sesudah’
j)    Pengandaaian: seandhe ghe ‘seandainya’
k)   Syarat: demi ‘jika’
l)     Tak bersyarat: maski ‘meskipun’
m)  Harapan: supae ‘supaya’, we’e ‘agar’
n)    Isi: so’o ‘bahwa’
o)    Kegunaan: to ‘untuk’
p)   Cara: no’o ‘dengan’
q)    Penjelas: eo ‘yang’, o ‘yang’
r)    Perkecualian: kecuali ‘kecuali’, selae ‘selain’

2.     Kata Sandang
Kata tugas yang biasa berkonstruksi dengan kata-kata nominal dalam konstruksi endosentrik atributif. Kata-kata sandang itu adalah a ‘si’, ni ‘si’, ghea ‘itu’.

3.     Kata Keterangan
Kata tugas yang biasa berkonstruksi dengan kata sifat atau kata kerja dalam konstruksi endosentrik atributif.
Kata keterangan dapat dibedakan atas:
a.    Keterangan waktu: saga nea ‘tadi’, wai sia ‘esok’, wengi rua ‘lusa’, na welo ‘nanti’, mere mai ‘kemarin’.
b. Keterangan modal: musti ‘mesti’, mungki ‘mungkin’, muda-mudaha ‘mudah-mudahan’, sai mbe’o ,’barangkali’.
c.    Keterangan aspek: la’e ‘belum’, wi ‘akan’, nebu ‘sedang’, do, dowa ‘sudah’.
d.    Keterangan cara: so bheni ‘sebaiknya’, selama ‘secepatnya’.
e.    Keterangan kuantitas: parna ‘pernah’, sabhondo ‘banyak’.

4.     Kata Depan
Kata tugas yang biasa berkonstruksi dengan kata nominal atau frase nominal dalam konstruksi eksosentrik drektif.
Contoh: leka ‘di’, da ‘ke’, mai ‘dari’, pati ‘untuk’.

5.    Kata Bantu Kata Kerja
        Kata tugas yang biasa berkonstruksi dengan kata nominal atau frase nominal dalam         konstruksi eksosentrik drektif.
        Contoh: leka ‘di’, da ‘ke’, mai ‘dari’, pati ‘untuk’.

6.    Kata Bantu Kata Bilangan
         Kata tugas yang berkonstruksi dengan bilangan dalam konstruksi endosentrik 
         atributif dan kata bilangannya sebagai inti.
        Contoh: kolo imu ‘orang’, eko ‘ekor’, esa ‘buah’, widha ‘helai’.

7.    Kata Seru
            Kata tugas yang menyatakan seruan.
     Contoh: aduh, astaga, sstt, hm.

8.    Kata Pementing/Pengeras
     Dalam bahasa Lio terdapat kata tugas yang dapat berkonstruksi dengan kata     
Baku yang mana pun dan dapat berkonstruksidengan kata tugas, dalam konstruksi endosentrik atributif. Kata ini berfungsi memberikan tekanan terhadap unsur kalimat yang dipentingkan. Kata tersebut adalah si ‘lah’.