Kalimat
terdiri atas satu klausa disebut kalimat tunggal. Berdasarkan batasan ini
kalimat tunggal berklausa tunggal dapat pula merupakan kalimat yang tidak
berklausa.
Contoh:
La’e ‘belum’
Mere mai ‘kemarin’
Kalimat
tungal ini dibedakan menjadi dua, yaitu kalimat mayor dan kalimat minor.
Ø Kalimat Mayor
Kalimat tunggal berunsurkan S dan P yang dapat disertai unsur O dan K
disebut kalimat mayor. Kalimat mayor merupakan konstruksi predikatif. Pola
struktur kalimat mayor ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Kj
N (Asp) Sf (Asp)
N (FD) (T) (W) (M)
(C) (A) (Ku)
Bil
FD
Keterangan aspek (Asp) ada yang harus terletak mendahului Kj, ada pula
yang harus mengikuti Kj. Oleh karena itu, rumus di atas ditulis dalam dua
posisi.
(1) Kalimat Inti
Kalimat mayor yang
berunsurkan unsur wajib disebut kalimat inti. Berdasarkan rumus diatas, akan
didapatkan lima pola kalimat inti dalam bahasa Lio.
·
N + N
Contoh:
Rusa ndu’a ‘Rusa binatang’
Kai kepala desa ‘Dia kepala desa’
·
N + Kj
Contoh:
Ebe ndeo ‘Mereka bernyanyi’
Ero lela ‘Burung terbang’
·
N + Sf
Contoh:
Mamo rongo ‘Kakek sakit’
Aku fonga ‘Aku senang’
·
N + Bil
Contoh:
Ana imu lima ‘Anak lima orang’
Jara eko telu ‘Kuda tiga ekor’
·
N + FD
Contoh:
Ema da ghea uma ‘Ayah ke ladang’
(2) Kalimat Luas
Struktur kalimat luas
bahasa Lio dapat diklasifikasikan seperti berikut:
·
FN + FN N
Contoh:
Eda aku sopi ‘Pamanku sopir’
Kai ghea
Fernandes ‘Itu Fernandes’
·
FN + N
Contoh:
Gharu kopi ba’i ‘Itu kopi pahit’
Kai ata jogha ‘Dia orang jahat’
·
N + FKj
Contoh:
Aku jadi lara roke ‘Aku jadi mengantuk’
·
FN + FKj Kj
Contoh:
Ema kai dei nde’o ‘Ayahnya suka bernyani’
Jou o bani aja baca ‘Guru yang galak itu mengajar membaca’
·
N + FSf
Contoh:
Ebe biasa ro ‘Mereka biasa sakit’
Kai na wai lami raka
do ‘Beliau kaya pengalaman’
Ø Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat tunggal yang tidak mempunyai unsur funsional
S + P, atau keduanya tidak ada.
Contoh:
Sai? ‘Siapa’
Oe
‘Ya’
Wengi mai? ‘Kapan datang?’
Ka dowa? ‘Sudah makan?’
Berdasarkan contoh diatas, dapat dilihat bahwa ada kalimat minor yang
hanya berunsur S.
Contoh:
Sai? Bentuk lengkapnya Sai gharu? Siapa itu?
Ada yang berupa predikat saja: Ka dowa? Dari bentuk Ema ka dowa? ‘Ayah sudah makan?’
Ø Kalimat
Majemuk
Kalimat majemuk adalah
kalimat yang terdiri atas dua klausa
atau lebih. Berdasarkan hubungan antar unsur langsung, kalimat majemuk
dibedakan menjadidua, yaitu:
(1) Kalimat majemuk
setara
(2) Kalimat majemuk
bertingkat
·
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara
adalah kalimat majemuk yang sifat hubungan antar unsurnya langsung setara.
Maksudnya, klausa yang satu bukan merupakan bagian dari klausa lainnya. (Ramlan,
1981:28).
Kalimat majemuk setara
ini dapat dibedakan lagi berdasarkan makna struktural yang timbul akibat
hubungan antara klausa yang satu dengan klausa lainnya, sebagaimana berikut
ini:
1. Kalimat Majemuk
Setara Jumlah
Dalam kalimat ini, klausa
yang satu dengan yang lainnya menyatakan makna penjumlahan, yaitu penjumlahan
peristiwa, penjumlahan keadaan, bahkan mungkin pula penjumlahan tindakan
(Ramlam, 1981:35). Kalimat ini ditandai kata penghubung no’o ‘dan’, yang kadang-kadang diucapkan no
saja.
Contoh:
Ema aku wora ngaja
dapi no sepa ai kai ‘Ayahku membentaknya serta
menyentakkan kakinya’.
2. Kalimat Majemuk
Setara Urutan
Kalimat setara ini
mempunyai sifat hubungan menyatakan urutan peristiwa atau keadaan antara klausa
yang satu dengan yang lainnya. Hubungan kalimat ini kadang-kadang tidak
ditandai kata penghubung, yaitu kata penghubung yang sering digunakan sawe ‘sesudah’; ‘sehabis’.
Contoh:
Ka sawe, aku iwa
ngadho ngura ngi’i ‘Sehabis makan, aku tidak lupa menggosok
gigi’.
3. Kalimat Majemuk
Setara Pilih
Sifat hubungan pilih
berarti penerima akan melihat dalam kenyataan hanya salah satu dari klausa itu
yang akan , sedang, atau telah terjadi atau yang ada. Kalimat ini biasa
ditandai demi ‘atau’ atau ta ‘atau’.
Contoh:
Kau to’o teka nia aku,
demi aku wela kau ‘Kau pergi dari hadapanku, atau aku
membunuhmu’.
4. Kalimat Majemuk
Setara Pertentangan
Kalimat majemuk ini
ditandai oleh makna structural klausa yang satu bertentangan atau ditolak
isinya oleh klausa lainnya. Kata penghubung yang menandainya di ‘tetapi’.
Contoh:
Sia wewa ghea masa, di
sia wewa ina piara molo
‘Pekarangannya itu
bersih, tetapi pekarangan ini tidak terpelihara’
Aji kai miwa jie, di
kasia kai bhongo dema
‘Adiknya cantik tetapi sayang
dia bodoh sekali’
5. Kalimat Majemuk
Setara Tingkat
6. Kalimat ini
mempunyai makna struktural bahwa klausa yang kemudian melebihi apa yang
dinyatakan pada klausa sebelumnya. Hubungan ini jarang ditandai oleh kata penghubung
yang kadang-kadang dipakai mala ‘malah’; ‘bahkan’.
Contoh:
Kai ghe biasa ro, mala
nebu ina to’o talo sawe leka ola eru kai
‘Orang itu sering sakit,
bahkan kini tidak dapat lagi bangun dri tempat tidurnya’.
·
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk
bertingkat adalah kalimat majemuk yang salah satunya merupakan bagian klausa
lainnya. Klausa yang bukan menjadi klausa lain disebut inti dan klausa yang
merupakan bagian klausa lain disebut klausa bukan inti.
Klausa bukan inti
merupakan bagian dari klausa inti karena bukan inti yang menduduki salah satu
unsur fungsional pada klausa inti. Hal ini berarti bahwa unsur klausa inti
bertindak sebagai S, P, O, atau K.
Contoh:
Nebu aku ka taka ine
muta-tai ‘Tengah aku asyik makan, ibu muntah-muntah’
Kalimat ini terdiri atas
dua klausa, yaitu Nebu aku ka taka
‘Tengah aku asyik makan’ dan ine muta-tai ‘Ibu muntah-muntah’. Kalimat pertama tersusun
unsur nebu ‘tengah’ sebagai klausa K, aku ‘aku’ sebagai klausa S, dan ka taka ‘asyik
makan’ sebagai klausa P. Klausa kedua tersusun atas unsur ine ‘ibu’sebagai
S, muta-tai ‘muntah-muntah’ sebagai P.
Bila dihubungkan bagian
terhadap keseluruhan, klausa pertama merupakan bagian dari klausa kedua karena
klausa pertama merupakan unsur W klausa kedua. Dengan demikian, klausa ini
dapat disubstitusikan dengan kata keterangan waktu (W), seperti terlihat paradigma berikut:
Nebu aku ka taka, ine muta-tai
W S P
Klausa bukan inti
kadang-kadang menduduki O, seperti terlihat pada contoh berikut:
Aku nosi, ema wora da
ghea aku ‘Aku tahu ayah marah padaku’
Kalimat ini terdiri atas dua
klausa, yaitu klausa inti aku nosi ‘aku tahu’ dan klausa bukan inti ema wora da ghea ‘ayah marah padaku’. Dilihat dari unsur fungsionalnya:
Aku ‘aku’ sebagai subyek (S) dan nosi
‘tahu’sebagai predikat (P).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar