Minggu, 31 Mei 2015

Soekarno, dari Ende untuk Indonesia


Patung Bung Karno di Ende (Sumber: Kompas Travel)
"Kenapa, ya? Kenapa di sini?"
Itulah kata-kata pertama yang keluar dari mulut Inggit Garnasih ketika baru tiba mengiring suami tercintanya, Soekarno dalam pembuangannya di Ende, Flores-Nusa Tenggara Timur tahun 1934. 
Ende adalah pulau yang digambarkan Soekarno sebagai pulau yang terpencil kala itu.
Ende telah dipilih Belanda sebagai penjara tak berjeruji bagi Soekarno. Di Ende inilah Soekarno merasa tersiksa dan terasing. Di Ende pula Soekarno ditinggal mertua tercintanya, ibu Amsi. Lalu, dengan tangannya sendiri Soekarno menggali kuburan untuk mertuanya itu. Ia membangun dinding kuburan dengan tembok. Selanjutnya mencari batu kali, memotong dan mengasahnya untuk batu nisan.
Ende akan tetap kekal melekat dalam kenangan bangsa Indonesia, karena berbagai alasan. Di sinilah waktu Soekarno banyak digunakan untuk berpikir, di bawah sebuah pohon sukun. Pohon sukun itu berdiri di atas sebuah bukit kecil menghadap ke teluk. Di sana, dengan pemandangan ke laut lepas tiada yang menghalangi, dengan langit biru yang tak ada batasnya dan mega putih yang menggelembung, Soekarno selalu duduk dan melamun berjam-jam lamanya.
Buah Sukun (Sumber: JPNN.Com)
"Aku lalu duduk dan memandang pohon itu. Dan aku melihat pekerjaan daripada Trimurti dalam agama Hindu. Aku melihat Brahma Yang Maha Pencipta dalam tunas yang berkecambah di kulit yang keabu-abuan itu. Aku melihat Wishnu Yang Maha Pelindung dalam buah yang lonjong berwarna hijau. Aku melihat Shiwa Yang Maha Perusak dalam dahan-dahan mati yang gugur dari batangnya yang besar. Dan aku merasakan jaringan-jaringan yang sudah tua dalam badanku menjadi rontok dan mati di dalam."
Di bawah pohon sukun inilah Soekarno mendapat ilham tentang dasar-dasar negara, yaitu Pancasila. Hal ini  pernah diungkapkannya di hadapan sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945.
"Di pulau Flores yang sepi, di mana aku tidak memiliki kawan, aku menghabiskan waktu berjam-jam lamanya di bawah sebatang pohon di halaman rumahku, merenungkan ilham yang diturunkan oleh Tuhan, yang kemudian dikenal sebagai Pancasila."
Rumah Pengasingan Bung Karno (Sumber: Indonesia Travel)
Soekarno mengatakan, apa yang dia kerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi dan tradisi-tradisi Nusantara sendiri." Dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah," ujarnya. Lima mutiara berharga itu adalah: Kebangsaan, Internasionalisme atau Perikemanusiaan, Demokrasi, Keadilan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Rumusan inilah yang kemudian menjadi Pancasila.
Pohon sukun yang bersejarah itu konon telah tumbang termakan usia. Namun, tunasnya kini telah ditanam kembali dan memunculkan pohon baru yang kemudian dinamakan pohon Pancasila. Lapangan tempat pohon ditanam, yang dulu merupakan bukit, kini juga dinamakan Lapangan Pancasila Ende. Di sana pula dibangun patung Soekarno.

Referensi: 

Kompilasi buku-buku tentang Soekarno dan Sumber Lisan dari beberapa kawan di Ende.


 ---Selamat Memperingati Hari Lahirnya Pancasila, 1 Juni---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar