Sabtu, 09 Mei 2015

Backpackeran ke Lombok-NTB

Lombok, 3 - 8 September 2014
Rumah Adat Sasak
Dear backpackers ....

Jalan-jalan ku kali ini adalah mengeksplore keindahan pulau penghasil mutiara laut terbaik di Indonesia, Lombok-Nusa Tenggara Barat.
Dengan tiket bis seharga Rp.275.000 untuk sekali jalan, aku berangkat dari terminal Arjosari Malang bersama adikku, Edlin Dahniar (seorang dosen Antropologi Budaya dari Universitas Brawijaya Malang) pada Rabu jam 18.00 WIB. Untuk pertama kalinya aku keluar pulau menggunakan moda transportasi darat dan laut serta mencoba untuk menjadi backpacker. Menyenangkan tapi cukup menguras tenaga dan waktu karena jarak Malang-Lombok harus ditempuh sekitar 22 jam dengan rute Malang-pelabuhan Ketapang-pelabuhan Gilimanuk-pelabuhan Padang Bai-pelabuhan Lembar-terminal Mandalika. Sebuah perjalanan panjang dan sangat mendebarkan, benar-benar menguji adrenalin maklum aku belum berpengalaman naik kapal laut selama berjam-jam seperti ini.


Dalam Penyeberangan dari Padang Bai ke pelabuhan Lembar
Setelah melewati perjalanan panjang akhirnya kami tiba di terminal Mandalika Kamis jam 15.20 WITA disambut mendung dan sedikit gerimis serta udaranya yang sangat gerah ditambah kondisi terminal yang masih dalam perbaikan sehingga terkesan jorok, niatan untuk buang air kecil pun hilang seketika. Tidak perlu berlama-lama di terminal untuk menunggu taksi atau ojek karena kami sudah di jemput ayah dari kawan adikku yang dulu sama-sama kuliah di UGM. Kami langsung menuju perumahan BTN Seganteng-Cakranegara, sebuah rumah telah disediakan untuk kami tempati selama di Lombok. Selain menyediakan rumah tinggal, tuan rumah juga menyediakan motor dan mobil untuk kami, tinggal pilih. Tanpa buang-buang waktu lagi, malamnya kami keliling kota Mataram menikmati gemerlap ibukota Propinsi Nusa Tenggara Barat.


Mengenal Lombok

Lombok bukan cabe, tapi Lombok yang ini merupakan sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan selat Lombok dari Bali di sebelah barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Pulau Lombok terdiri dari empat kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Utara, dan kota Mataram. Sebagian besar penduduk Lombok adalah suku Sasak. Bahasa yang dipergunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia dan bahasa Sasak. Mayoritas penduduknya beragama Islam. 
Malam di kota Mataram waktu itu sangat ramai karena bersamaan dengan puncak acara Olimpiade Sains Nasional (OSN). Hotel-hotel over booked, dan jalanan sedikit macet. Setelah mengelilingi kota Mataram, kami kembali ke rumah jam 23.00 WITA untuk istirahat karena masih banyak destinasi wisata yang harus kami kunjungi.

Destinasi Wisata paling Eksotis di pulau Lombok 

1. Gili Trawangan
Gili Trawangan adalah pulau terbesar dari tiga gili eksotis yang terdapat di sebelah barat laut Lombok yang saat ini menjadi destinasi favorit bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Pulau yang masuk dalam wilayah desa Gili Indah, Kabupaten Lombok Barat ini memiliki berjuta pesona keindahan alam bawah laut. Disamping airnya yang masih bening terhampar pula pasir putih bersih tanpa sampah berserakan. 



Suasana di Hopping Island
Pagi itu kami meninggalkan kota Mataram menuju pelabuhan Bangsal dengan menggunakan angkutan pedesaan yang menempuh waktu kurang lebih 45 menit. Tarif kendaraan umum dari kota Mataran ke pelabuhan Bangsal Rp. 30.000, atau bisa juga naik taksi dengan tarif berkisar antara Rp.125.000-150.000. Pelabuhan Bangsal ini tidak terlihat seperti pelabuhan hanya berupa bibir pantai dengan bangunan kecil dari kayu sebagai administratur sekaligus penjualan tiket serta beberapa kursi untuk menunggu. Di sini menunggu adalah hal yang sangat penting karena perahu tidak akan berangkat bila penumpang belum memenuhi kuota. Selain itu jadual penyeberangan pun tidak menentu, harga tiket public boat yang cukup terjangkau Rp. 20.000/orang untuk sekali jalan. Waktu yang diperlukan sekitar 45-60 menit, tergantung ombak dan cuaca. Bagi yang tidak sabar menunggu bisa mencarter sebuah perahu dengan biaya Rp. 300.000-350.000 Setelah beberapa menit meninggalkan pelabuhan Bangsal, dari kejauhan mulai terlihat hamparan pasir putih Gili Trawangan. Tercapai juga keinginanku untuk menginjakkan kaki di pulau yang telah lama ku impikan ini. Aku semakin mengagumi tanah airku Indonesia yang mempunyai panorama alam yang begitu indah memukau.Tiba di Gili Trawangan jam 09.00 WITA, ah masih terlalu lama menunggu sunset. 

Kami pun mencari penginapan dibantu seorang pemuda (saya lupa namanya), dia berambut gimbal ala Bob Marley tapi dia sangat ramah. Semua penginapan dari yang mewah hingga yang sederhana semua penuh. Menurut cerita pemuda ini memang Gili Trawangan ini setiap harinya tidak pernah sepi dari wisatawan asing terlebih kalau weekend dan summer holiday. Setelah berjalan kaki lumayan jauh, kami pun menemukan sebuah bungalow di ujung gang milik pak lurah setempat, namanya bungalow Rumah Hantu dengan tarif Rp. 200.000/nett. 


Bungalow Rumah Hantu
Kami beristirahat sebentar kemudian kami mencari rumah makan Indonesia. Tidak mudah menemukan menu masakan Indonesia apalagi berlabel halal. Di sini semuanya serba Western style tarifnya pun mengikuti, jadi jangan heran jika biaya hidup di sini mahal. Aku seakan-akan tidak sedang berada di Indonesia, jarang sekali aku berpapasan dengan wajah-wajah pribumi, paling cuma pedagang souvenir, bar tender,dan para barista itupun mereka berkomunikasinya menggunakan bahasa Inggris. Beruntung aku sedikit mengerti bahasa Inggris hingga tak merasa asing di negeri sendiri, kalau tidak bisa-bisa kita menjadi terasing di negeri sendiri. Itulah salah satu pentingnya belajar bahasa Asing.
Wisata bahari yang paling dominan dilakukan oleh wisatawan adalah menyelam atau snorkeling. Snorkling adalah aktivitas yang tidak boleh Anda lewatkan disini. Setiap penginapan dan resort menyewakan peralatan snorkling. Anda tidak perlu jauh-jauh ke tengah pantai untuk mendapatkan pemandangan yang indah. Hanya perlu beberapa meter dari bibir pantai, Gili Trawangan akan menyuguhkan pemandangan bawah laut yang memesona. Selain snorkling, olahraga air lain yang bisa  kita jajal adalah scuba diving, dan berselancar. Bagi yang tak suka bermain air, bisa belajar berkuda di pulau ini. 


Cidomo
Kuda-kuda yang disewakan oleh warga setempat yang bisa digunakan untuk mengasah kemampuan menunggang kuda. Di hamparan pasir pantai, latihan berkuda di Gili Trawangan jauh lebih mengasyikkan dibanding dengan berkuda di tempat lain. Selain kuda, warga setempat juga menyewakan sepeda. Waktu itu aku menyewa sepeda dengan tarif Rp.50.000 mulai jam 15.00 - 07.00 WITA. Jika tidak ingin bersepeda, wisatawan bisa menikmati suasana dengan menumpang Cidomo. Cidomo merupakan perpaduan antara cikar, dokar dan mobil. Bodinya cikar tapi ditarik kuda dan menggunakan ban mobil. Karena di Gili trawangan tidak memperbolehkan adanya kendaraan bermotor, maka Cidomo dan sepeda adalah satu-satunya alat transportasi yang bisa digunakan. Tak heran jika Gili Trawangan ini bebas dari polusi udara.


Sunset di Gili Trawangan
Menjelang senja adalah waktu yang paling ditunggu oleh para wisatawan untuk  
mengabadikan detik-detik matahari pulang ke peraduannya atau sunset. Ya... sunset yang indah selalu menjadi unggulan wisata ke Gili Trawangan. Selain sunset, tentu saja sunrise juga menggoda untuk diabadikan. Bangunlah pagi-pagi benar, jika cuaca sedang cerah, anda bisa mengabadikan momen matahari terbit di balik Gunung Rinjani. Benar-benar suasana yang sayang untuk dilewatkan. 



Di sudut salah satu bar
Gili Trawangan adalah pulau yang tak pernah tidur. Bagi penyuka kehidupan malam dan party ini adalah tempat yang tepat. Urusan cafe to cafe Gili Trawangan sangat menghibur. Setiap malam pasti ada saja beach party yang digelar. Berbeda dengan cafe-cefe di Kuta Bali yang selalu menyediakan hiburan malam pada saat bersamaan, di Gili Trawangan mereka mendapatkan waktu bergiliran, sehingga setiap hari selalu ada yang mengadakan pesta. Nah, jika ingin menikmati suasana malam panjang di Gili Trawangan tak ada salahnya Anda datang ke Central atau biasa disebut pasar seni. Tempat ini mulai ramai saat petang hingga malam. Berbagai bar dan tempat makan pun mulai membuka pintunya untuk para wisatawan. Pasar seni Gili Trawangan berbentuk jalan besar menghadap ke pantai tengah Gili Trawangan dengan kios dan bar di kanan kirinya. 
Menu kuliner yang disajikan juga bervariasi mulai sajian internasional seperti steak hingga masakan lokal seperti gado-gado. Bagi penyuka seafood, para pengunjung bisa melihat langsung cara pengolahannya sampai menjadi makanan lezat. Tidak hanya kuliner, di Central juga berjajaran kios penjual cinderamata. Disana, turis bisa membeli aneka souvenir khas Lombok seperti kain tenun dan songket. Tidak hanya itu, disana juga dijual baju renang dan baju pantai. Bagi Anda yang tidak siap dengan kostum ini dari rumah, Central bisa menjadi alternatif pilihan. Jangan lupa untuk menawar setiap barang yang akan Anda beli karena harganya lebih mahal daripada penjual yang berdagang di sekitaran kota Mataram. Selain Central, pusat keramaian kehidupan malam di Gili Trawangan juga bisa kita temui di Bar Tir na Nog. Konon, ini adalah bar Irlandia satu-satunya yang ada di pulau ini. Saat malam tiba, bar ini sudah dipenuhi para turis yang kebanyakan justru dari luar negeri. Suara musik yang menghentak dan tayangan televisi menjadi hiburan di bar ini. Setiap ada event yang akan digelar, bar Tir na Nog memasang pengumuman untuk para pengunjung dengan menggunakan papan. Kehidupan malam di Gili Trawangan benar-benar luar biasa. Let's get the party here!

2. Gili Meno




Ketenangan di Gili Meno
Gili Meno terletak di antara Gili Trawangan dan Gili Air. Pagi jam 09.00 WITA kami berangkat dari Gili Trawangan dengan naik Hopping Islands (istilah perahu penyeberangan) dengan tiket seharga Rp.20.000/orang sekali jalan. Seperti Gili Trawangan, di pulau ini juga tidak terdapat kendaraan bermotor, sarana transportasi hanya berupa sepeda, kuda dan kereta cidomo. Namun tidak perlu khawatir karena Gili Meno berukuran cukup kecil bahkan lebih kecil dari kedua saudaranya Gili Trawangan dan Gili Air, kita bisa berkeliling pulau dengan berjalan kaki tanpa memakan waktu terlalu lama. Ada sedikit perbedaan antara Gili Meno dengan Gili Trawangan, kalau Gili Trawangan terkenal dengan pesta dan musik sampai larut malam, tetapi tidak terlalu banyak aktifitas wisata di Gili Meno, kebanyakan wisatawan di pulau ini menghabiskan waktu di pantai, melakukan aktifitas air seperti berenang, snorkeling & diving, atau hanya sekedar berdiam diri dan membaca buku. Di malam hari suasana pulau akan sangat sunyi, begitu sunyi sehingga sayup-sayup suara musik dari klub-klub malam di Gili Trawangan kadang dapat terdengar dari kejauhan hingga tengah malam.


Tempat-tempat berjemur sepanjang pantai
Gili Meno memiliki sebuah danau kecil, danau air asin yang sering disebut sebagai danau garam ini sekaligus sebgai tempat tinggal dan bertengger aneka burung laut yang cukup menarik untuk dilihat di waktu-waktu tertentu. Di musim kemarau tepian danau akan mengering, penduduk setempat memanfaatkannya sebagai tambak garam. Jika kita masih kurang puas melihat burung di sini, anda bisa mengunjungi Gili Meno Bird Park.
Terdapat beberapa restaurant & rumah makan di Gili Meno, walaupun tidak semewah dan selengkap restaurant di Bali, namun beberapa diantaranya cukup baik untuk ukuran resto di sebuah pulau terpencil. Kebanyakan resto terletak di pinggir pantai dengan pemandangan spektakuler pulau Lombok atau Gili Trawangan dari kejauhan. Makan malam sambil menikmati sunset dan masakan khas Sasak Lombok akan sangat mengesankan.
Bagi yang ingin berhemat bisa mengunjungi warung yang menghidangan menu seperti nasi goreng, mie goreng, kangkung belacan, tempe goreng sampai dengan ayam taliwang bisa dipesan dengan harga yang murah sekitar Rp.30.000 dimakan sambil menikmati keindahan pantai Gili Meno.


3. Pantai Senggigi

Senggigi dari kejauhan
Pantai ini merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat digemari wisatawan karena pemandangan garis pantainya yang panjang dan terlihat indah bila dilihat dari ketinggian. Dengan garis pantai yang panjang tersebut Pantai Senggigi menyuguhkan gradasi warna pasir pantai dari hitam ke putih namun sayangnya pantai ini sudah mulai kotor, sampah-sampah berserakan di mana-mana. 
Seperti biasanya aktivitas yang dilakukan turis-turis yang datang ke pantai ini adalah menghabiskan waktunya dengan berjemur, berenang, snorkeling, atau sekedar bermain-main di tepi pantai. Dengan garis pantai yang panjang ini pula, pilihan aktivitas jogging menjadi salah satu kegiatan yang cukup digemari di Pantai Senggigi. Di kala sore hari, kita dapat melepas penat dengan bersantai di tepian pantai sambil menikmati tenggelamnya matahari di Senggigi. Sebuah panorama yang begitu indah!


Rute ke pantai Senggigi

Pantai Senggigi dari ketinggian
Perjalanan ke Pantai Senggigi Lombok dapat ditempuh dari Kota Mataram. Jika kita telah sampai di Kota Mataram atau telah mendarat di bandara udara Selaparang Mataram, maka perjalan ke Pantai Senggigi akan memakan waktu kurang lebih 30 – 50 menit. Kita dapat naik taksi, angkutan umum, atau menyewa motor untuk dapat tiba di Pantai Senggigi. Jika ingin menggunakan angkutan umum dari Kota Mataram, maka kita harus mengambil angkutan jurusan Sweta – Ampenan dengan biaya sebesar Rp.3.000/orang. Setelah tiba di Ampenan, Anda harus naik angkutan lagi jurusan Ampenan – Senggigi berbiaya Rp.2.000/orang. Setiba di kawasan Senggigi, kita tinggal berjalan kaki selama kira-kira 3 menit untuk dapat tiba di pantai tersebut. Sambil berjalan kaki, kita akan menjumpai banyak warung dan toko makanan, penjual aneka souvenir, dan lain-lain.Dalam rute perjalanan menuju Pantai Senggigi ini, kita akan melewati pasar tradisional di Mataram, dikenal dengan nama Ampenan (Kebon Roek). Pasar ini adalah pasar yang terdekat dari kawasan Pantai Senggigi. Kita juga tidak perlu khawatir soal makanan dan minuman di tempat wisata ini. Pantai Senggigi Lombok adalah salah satu tempat wisata yang difasilitasi secara lengkap, baik dari aneka hotel dan penginapan, resto dan cafe, pub atau diskotik, hingga ke live music. Ada banyak penjual makanan lokal di kawasan Pantai Senggigi, bahkan masakan Padang pun tersedia jika kita suka.
4. Taman Narmada
Taman Narmada berada di desa Lembuah, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat atau 10 km arah timur kota Mataram. Jika kita akan kesana, naiklah kendaraan umum dengan waktu tempuh hanya 20 menit dari kota Mataram. 


Taman Narmada
Taman Narmada adalah taman yang dibangun pada tahun 1727 oleh Raja Mataram Lombok Anak Agung Ngurah Karangasem. Pada awalnya, Taman Narmada di bangun untuk tempat perayaaan upacara Pakelem yang dilaksanakan setiap purnama kelima tahun Caka. Selain itu Taman Narmada juga tempat peristirahatan para Raja dan keluarga saat musim kemarau. Ada yang mengatakan bahwa desain Taman Narmada di dibuat meniru suasana yang ada di puncak Gunung Rinjani. Nama Narmada diambil dari Narmadanadi, anak Sungai Gangga yang sangat suci di India. Bagi umat Hindu, air merupakan suatu unsur suci yang memberi kehidupan kepada semua makhluk di dunia ini. Air yang memancar dari dalam tanah(mata air) diasosiasikan dengan tirta amerta (air keabadian) yang memancar dari Kensi Sweta Kamandalu. Dahulu kemungkinan nama Narmada digunakan untuk menamai nama mata air yang membentuk beberapa kolam dan sebuah sungai di tempat tersebut. Lama-kelamaan digunakan untuk menyebut pura dan keseluruhan kompleks Taman Narmada. 

Pura Kelasa
Keunikan Taman Narmada adalah air kolamnya yang banyak dipercaya membuat awet muda. Tak heran jika kita akan melihat kolam ini dipenuhi wisatawan dan juga warga setempat untuk mandi atau hanya membasuh badan saja. Karena kandungan mineralnya yang cukup tinggi, kita akan merasakan betapa segarnya setelah bermain air di kolam tersebut.Taman Narmada ini tidak hanya mempunyai kolam air sebagai daya tarik. Di kompleks yang oleh pemerintah ditetapkan sebagai kompleks bangunan Cagar Budaya juga terdapat Pura Kelasa. Di Pura ini setiap tahunnya diadakan upacara Pujawali untuk menghormati Dewa Batara yang dipercaya tinggal di Gunung Rinjani. Bentuk Pura Kelasa seperti punden berundak dan menjadi salah satu dari pura paling tua di Lombok. Karena sejak awal memang didesain utnuk menyerupai Gunung Rinjani, maka untuk masuk ke Pura Kelasa ini Anda harus melewati puluhan anak tangga.
Sate Bulayak
Jika perut sudah terasa lapar karena capek berkeliling sekitar taman maka Sate Bulayak adalah pilihan yang tepat untuk mengisi perut, panganan khas Lombok ini terdiri dari sate daging sapi, atau daging ayam yang disajikan bersama Bulayak; sejenis lontong tapi bungkusnya lilitan daun enau atau daun kelapa. Satu porsi terdiri dari lima belas tusuk sate daging, lima potong bulayak, dan satu piring dihargai Rp.20.000. Tapi jangan berharap menemukan sate bulayak dijual  di warung makan khusus. Sebab, penganan ini nampaknya khas untuk alam terbuka, dan pedagangnya selalu pedagang kaki lima.

Foto-foto Kuliner



Ayam Taliwang  Rp.30.000-35.000/porsi
Sup Iga, Es Kelapa Muda, dan Puding seharga Rp. 55.000

Tahu asli Lombok Rp.4.000/biji

Kopi Hitam non wine di Cafe Senggigi Rp.20.000

Demikian backpackeran kami ke pulau Lombok dan  karena keterbatasan waktu, dihari kelima pun kami bersiap-siap kembali ke kota Malang walaupun masih banyak tempat-tempat eksotis yang belum kami jelajahi. 


                        --Tiyang Baru' Uleq leman Lombok (I have Been to Lombok)--

                                                 Salam  Backpacker Indonesia


                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar