Minggu, 31 Mei 2015

Soekarno, dari Ende untuk Indonesia


Patung Bung Karno di Ende (Sumber: Kompas Travel)
"Kenapa, ya? Kenapa di sini?"
Itulah kata-kata pertama yang keluar dari mulut Inggit Garnasih ketika baru tiba mengiring suami tercintanya, Soekarno dalam pembuangannya di Ende, Flores-Nusa Tenggara Timur tahun 1934. 
Ende adalah pulau yang digambarkan Soekarno sebagai pulau yang terpencil kala itu.
Ende telah dipilih Belanda sebagai penjara tak berjeruji bagi Soekarno. Di Ende inilah Soekarno merasa tersiksa dan terasing. Di Ende pula Soekarno ditinggal mertua tercintanya, ibu Amsi. Lalu, dengan tangannya sendiri Soekarno menggali kuburan untuk mertuanya itu. Ia membangun dinding kuburan dengan tembok. Selanjutnya mencari batu kali, memotong dan mengasahnya untuk batu nisan.
Ende akan tetap kekal melekat dalam kenangan bangsa Indonesia, karena berbagai alasan. Di sinilah waktu Soekarno banyak digunakan untuk berpikir, di bawah sebuah pohon sukun. Pohon sukun itu berdiri di atas sebuah bukit kecil menghadap ke teluk. Di sana, dengan pemandangan ke laut lepas tiada yang menghalangi, dengan langit biru yang tak ada batasnya dan mega putih yang menggelembung, Soekarno selalu duduk dan melamun berjam-jam lamanya.
Buah Sukun (Sumber: JPNN.Com)
"Aku lalu duduk dan memandang pohon itu. Dan aku melihat pekerjaan daripada Trimurti dalam agama Hindu. Aku melihat Brahma Yang Maha Pencipta dalam tunas yang berkecambah di kulit yang keabu-abuan itu. Aku melihat Wishnu Yang Maha Pelindung dalam buah yang lonjong berwarna hijau. Aku melihat Shiwa Yang Maha Perusak dalam dahan-dahan mati yang gugur dari batangnya yang besar. Dan aku merasakan jaringan-jaringan yang sudah tua dalam badanku menjadi rontok dan mati di dalam."
Di bawah pohon sukun inilah Soekarno mendapat ilham tentang dasar-dasar negara, yaitu Pancasila. Hal ini  pernah diungkapkannya di hadapan sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945.
"Di pulau Flores yang sepi, di mana aku tidak memiliki kawan, aku menghabiskan waktu berjam-jam lamanya di bawah sebatang pohon di halaman rumahku, merenungkan ilham yang diturunkan oleh Tuhan, yang kemudian dikenal sebagai Pancasila."
Rumah Pengasingan Bung Karno (Sumber: Indonesia Travel)
Soekarno mengatakan, apa yang dia kerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi dan tradisi-tradisi Nusantara sendiri." Dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah," ujarnya. Lima mutiara berharga itu adalah: Kebangsaan, Internasionalisme atau Perikemanusiaan, Demokrasi, Keadilan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Rumusan inilah yang kemudian menjadi Pancasila.
Pohon sukun yang bersejarah itu konon telah tumbang termakan usia. Namun, tunasnya kini telah ditanam kembali dan memunculkan pohon baru yang kemudian dinamakan pohon Pancasila. Lapangan tempat pohon ditanam, yang dulu merupakan bukit, kini juga dinamakan Lapangan Pancasila Ende. Di sana pula dibangun patung Soekarno.

Referensi: 

Kompilasi buku-buku tentang Soekarno dan Sumber Lisan dari beberapa kawan di Ende.


 ---Selamat Memperingati Hari Lahirnya Pancasila, 1 Juni---

Jumat, 29 Mei 2015

Jenis-jenis Kalimat Dalam Bahasa Lio

Kalimat
Kalimat merupakan satuan gramatik yang bukan merupakan unsur dari konstruksi yang lain. Batasan kalimat menurut Bloch dan Tragger (1994:75) adalah sebagai berikut:
"In any give utterance, an expression which is not in construction with any other part of the utterance is a sentence." Sementara itu dalam pengertian yang sama namun beda pernyataan, Hockett (1959:199) mengemukakan "A sentence is grammatical form which is not in contruction with any other grammatical form: a constitute which is not constituent".

Jenis-jenis Kalimat Dalam Bahasa Lio
Setiap kalimat terdiri atas dua unsur. Unsur yang pertama berupa intonasi, dan yang kedua berupa klausa.Dengan kata lain kalimat terdiri atas lapisan segmental dan suprasegmental.
Berdasarkan intonasinya, kalimat dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.

1. Kalimat Berita
Kalimat berita ditandai oleh intonasi kalimat berita. Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat berita pada umumnya berfungsi memberitakan sesuatu kepada orang lain (Ramlan 1981:10).
Contoh:
Lawo ghe lawo Kelimara o ura keku   'Sarungnya sarung Kelimara yang sangat halus'
Kami nai no jara                                  'Kami berkendaraan kuda'

2. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang ditandai pola intonasi kalimat tanya. Kalimat tanya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kalimat tanya utuh dan kalimat tanya bagian (Slamet Muljana, 1969:136,139).
a. Kalimat Tanya Utuh
Kalimat tanya utuh adalah kalimat tanya yang memerlukan jawaban oe 'ya' atau iwa 'tidak'. Kalimat tanya utuh ini sering ditandai oleh intonasi saja.
Contoh: 
kau geti uwi kayu?    'kau membeli ubi kayu?'
kau sena kai?            'kaumenyukainya'
b. Kalimat Tanya Bagian
Dalam bahasa Lio kata tanya ini menggantikan tempat bagian yang ditanyakan sehingga bisa terletak didepan, ditengah, ataupun di belakang.
Contoh: 
apa gharu?        'apa itu?'
gharu apa?        'itu apa?'
apa o kau ka?    'apa yang kau makan?'

3. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang berdasarkan fungsi dalam kaitannya dengan situasi mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara/penerimanya. Ciri formal kalimat ini adalah kalimat yang berklausa kerja dan berpesona kedua, tetapi personanya tidak dinyatakan.
Berdasarkan fungsinya dalam hubungan dengan situasi, kalimat perintah dibedakan menjadi:
(1) Kalimat Perintah Sebenarnya
Contoh: 
ka are ghea!        'makan nasi itu!'
jeso da gharu!     'geser ke situ!'
mbana kau!         'pergi kau!'

(2) Kalimat Permintaan
Contoh:
tolo, medi buku ghea!     'tolong, bawakan buku ini!'
maso si!                          'masuklah!'
mera si!                           'duduklah!'

(3) Kalimat Perintah Ajakan
Contoh: 
mai si kita du'i salo'o!      'mari kita istirahat sebentar!'
mai si maju!                     'ayo maju!'

(4) Kalimat Perintah Larangan
mai ngala meko!        'jangan bergerak!'
iwa ngala mbabho!    'dilarang berbicara!'

(5) Kalimat Perintah Peringatan
Contoh:
jaga-jaga jala o ngelu!    'hati-hati jalan licin!'

(6) Kalimat Perintah Sapaan
Contoh:
Ine!
Ema!

(7) Kalimat Makian
Contoh:
lako!          'anjing!'
kora aja!    'kurang ajar!'

(8) Kalimat Seruan
Contoh:
oi!            'aduh!'
astaga!    'astaga!





Kamis, 28 Mei 2015

Sepi






ini bukan melodi dari pukulan Rindik
bukan cerita tentang petikan merdu Sasando

ini hanya sepenggal kisah

tentang Pelangi dalam resah
tentang Gerhana dalam gulita 
tentang Bintang dalam muram
berteman sepi
dalam bui
tenggelam dan terjerembap
pada pedih yang tak berkesudahan


--Bali suatu pagi--






Rabu, 27 Mei 2015

Klausa dalam Bahasa Lio

Peta Kabupaten Ende (Sumber: Google Map)


Klausa
Klausa adalah suatu konstruksi yang berunsurkan subyek dan predikat yang biasa disebut konstruksi predikatif. Ramlan (1981: 62) menjelaskan tentang klausa sebagai satuan gramatik yang terdiri atas predikat, baik disertai subyek, obyek pelengkap, dan keterangan ataupun tidak. Klausa merupakan salah satu lapisan dari dua yang ada pada kalimat. Kalimat pada umumnya terdiri atas intonasi dan klausa, dan kalimat sederhana terdiri atas intonasi dan sebuah klausa (Hockett, 1959: 203, 204).
Contoh: 
        ka mbeja, aku iwa ngadho goso ngi'i       'sehabis makan, aku tak lupa menggosok gigi'
        aji wiki sanda                                            'adik mengambil sandal'

Contoh pertama, disamping intonasi terdiri atas tiga klausa, yaitu (1) ka mbeja 'sehabis makan'    (2) aku iwa ngadho 'aku tak lupa', (3) goso ngi'i  'menggosok gigi', sedangkan pada kalimat kedua, disamping intonasi terdiri atas sebuah kalimat klausa.

Unsur-unsur Klausa
Klausa ka mbeja 'sehabis makan' terdiri atas unsur ka 'makan' yang secara fungsional biasa disebut predikat (P) dan mbeja 'sehabis' yang secara fungsional berkedudukan sebagai penghubung (Phb). Klausa aku iwa ngadho 'aku tak lupa' terdiri atas aku sebagai subyek (S) dan iwa ngadho 'tidak lupa' sebagai predikatnya (P). Unsur klausa goso ngi'i  'menggosok gigi' terdiri atas unsur goso 'menggosok' sebagai P dan ngi'i 'gigi' sebagai obyek penderita (Opd). Pada klausa aji wiki sanda 'adik mengambil sandal' berunsurkan aji 'adik' sebagai S, wiki 'mengambil' sebagai P, dan sanda 'sandal' sebagai Opd.
Klausa dapat pula dilengkapi unsur keterangan, misalnya:
Ule telo haba leka kai  'burung bertelur di sarangnya'. Pada klausa ini, ule 'burung' sebagai S, telo 'telur'sebagai P, dan leka haba kai 'disarangnya' sebagai keterangan tempat (T).
Berdasarkan contoh dan uraian tersebut jelaslah bahwa P merupakan unsur klausa yang kehadirannya bersifat mutlak. Unsur yang mempunyai sefat demikian biasa disebut sebagai unsur wajib (yang dapat diikuti atau didahului oleh unsur S, O, atau K. Dengan demikian, struktur klausa dapat dirumuskan sebagai berikut:  

(S) P (O) (Kt)

Unsur yang tertera dalam kurung merupakan unsur yang boleh ada dan boleh pula tidak ada dan yang tidak tertera dalam kurung merupakan unsur wajib.

Obyek (O) dapat dibedakan atas obyek penderita (Opd) seperti are pada aku ka are 'aku makan nasi' dan obyek penyerta (Opt) seperti kaba pada David nosi kaba leka kami 'David menyampaikan kabar kepada kami'. Unsur leka kami 'kepada kami' dalam kalimat ini berfungsi sebagai obyek penyerta.

Dalam bahasa Lio tidak ditemukan obyek pelaku karena kalimat pasif tidak ada dalam bahasa ini. 
Berdasarkan makna strukturnya, keterangan (K) dapat dibedakan sebagai berikut:
1. keterangan tempat (T)
Contoh: ae bere da lau mesi   'air mengalir ke laut'

2. keterangan waktu (W)
Contoh: mere mai kai mbana          'kemarin dia pergi'
              nebu ina kai bhanda ria     'sekarang beliau kaya raya'

3. keterangan alat (A)
Contoh: kami ka no'o soko     'kami makan dengan sendok'

4. keterangan cara (C)
Contoh: ebe mere so molo-molo            'mereka duduk secara teratur'
              kai mbabho no'o keku keta       'dia berbicara dengan lemah lembut'

5. keterangan modal (M)
Contoh: sai mbe'o kai wora    'barangkali beliau marah'

6. keterangan kuantitas (Ku)
Contoh: aku mbana selama we'e  'aku pergi sebentar saja'
              sadeka-sadeka pelese     'sesekali pelesir'

Klausa, baik yang unsur-unsurnya lengkap ataupun yang hanya berupa unsur wajib dapat bersifat sebagai bagian bentuk yang lebih besar (dependent) ataupun merupakan bentuk yang mandiri (independent). Klausa yang mandiri akan merupakan kalimat dan klausa yang lebih besar akan merupakan unsur bagikalimat majemuk (Hockett, 1959:205).

Jenis Klausa
1. Klausa Nominal
Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frase nominal. Dalam klausa ini tidak terdapat unsur fungsional obyek (O) atau keterangan (K)
Contoh:
eda ghea    'paman itu'
ina kai         'ini dia'

2. Klausa Kerja
Klausa kerja berpredikat kata kerja atau frase kerja merupakan klausa yang paling banyak ditemukan dalam bahasa Lio. Strutur klausa ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

                       (N)  Kj  (N)  (W)  (FD)  (C)  (M)  (Ku)  (A)

Unsur yang boleh ada ataupun boleh tidak ada yang berkategori FD (frase depan), disamping dapat meduduki keterangan tempat, keterangan cara, keterangan alat, juga bisa berkategori FD, bahkan obyek penyerta juga berkategori FD. 
Contoh:
aku menga umi we                     'aku tersenyum saja'
ine geti lambu baru pati aji          'ibu membeli baju baru untuk adik'
aku mbana da ghale Ende          'aku pergi ke Ende'
ka'e wedho no'o gai                    'kakak menari dengan lincah' 

Struktur klausa kerja ini dapat bervariasi karena pergeseran letak unsur-unsurnya. Hanya Opd yang tidak dapat digeser letaknya.

3. Klausa Sifat
Klausa sifat adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frase sifat. Klausa sifat ini dapat berunsur keterangan waktu, keterangan modal, keterangan kualitas, sehingga strutur klausa sifat dapat dirumuskan:

                                    (N)  Sf  (W)  (M)  (Ku)

Contoh: 
lambu kai kune                        'bajunya kuning'
aji kai nuwa ji'e sai mbe'o        'adiknya cantik barangkali'

4. Klausa Bilangan
Klausa bilangan adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frase bilangan. Seperti pada klausa nominal, klausa ini tidak mempunyai unsur O dan K.
Pola strukturnya: (N)   Bil
Contoh: 
jara aku eko sutu                'kudaku empat ekor'
ana ghe imu lima                'anaknya lima orang'

5. Klausa Depan
Klausa depan adalah klausa yang predikatnya berupa frase depan. Klausa ini tidak begitu banyak dalam bahasa Lio.
Contoh: 
ema da ghea uma       'ayah ke ladang'
almari ghea wasu        'lemari di sudut'
kami leka sa'o              'kami di rumah'


Klausa depan ini sebeenarnya klausa kerja yang berunsur keterangan tempat sehingga klausa tersebut sering bervariasi dengan klausa kerja.

Kamis, 21 Mei 2015

Wisata Religi ke Masjid Tiban - Kabupaten Malang




Gerbang Gapura setinggi 30 meter
Masjid Tiban merupakan sebuah masjid besar yang penuh dengan keagungan dan keindahan, terletak di daerah Turen Kabupaten Malang, tepatnya berada di area pondok pesantren Biharu Bahri’Asali Fadlaailir Rahmah Jl. Wahid Hasyim Gang Anggur Rt 27 Rw 06 Sananrejo Kecamatan Turen Kabupaten Malang. Masjid ini disebut  sebagai Masjid Tiban dikarenakan anggapan masyarakat sekitar yang mengisukan bahwa masjid ini tiba-tiba ada. Hal inilah yang menjadikan banyak orang yang penasaran untuk melihat dan membuktikan keberadaan masjid ini. Sehingga tak heran jika di area masjid ini dapat kita temui banyak orang yang datang untuk berwisata sembari mengobati rasa penasaran mereka akan asal usul masjid ini. Terlepas dari anggapan masyarakat tentang masjid Tiban ini, ada beberapa kekaguman yang saya dapatkan ketika saya mengunjungi tempat tersebut. Yang pertama adalah tentang kemegahan yang saya tangkap ketika pertama kali memasuki area masjid ini. Memang masjid ini masih dalam taraf pembangunan, namun bayangan akan hal ini sudah terasa ketika saya masuk ke area masjid menuju ke area parkir. Kedua adalah tentang masalah ketenaga kerjaan yang semua proses pembangun masjid ini dilakukan oleh santri dimasjid tersebut. Kemudian yang ketiga adalah masalah pendanaan.Pendanaan juga dilakukan oleh para jamaah pondok tersebut tanpa adanya campur tangan pihak luar. Dituliskan pula dalam salah satu pedoman pembanguna masjid tersebut bahwa dalam membagun masjid tersebut dilarang adanya sikap meminta-minta dan tidak hutang. Meskipun demikian jika kita berkunjung kesana kita tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun alias gratis. Bahkan para pengunjung pun bisa bermalam disana tanpa dikenai biaya.

Halaman Masjid 
Hal lain yang perlu diketahui tentang masjid ini adalah proses pembangunan yang dilakukan secara ramah lingkungan. Bahkan ada salah satu bagian dari masjid tersebut yang sengaja dibuat dengan posisi menghindari sebuah pohon kelapa. Hal ini dimaksudkan untuk tetap menjaga pohon tersebut tetap hidup dan tidak perlu menebangnya.







Pagar Masjid
Masjid ini sendiri mulai dibangun pada pada tahun 1991 dan sampai saat ini pembangunan Masjid Tiban ini belum bisa dikatakan rampung.
Arsitek dari pembangunan ponpes ini bukanlah seseorang yang belajar dari ilmu arsitektur perguruan tinggi, melainkan hasil dari istikharah pemilik pondok, KH Achmad Bahru Mafdloludin Sholeh. Karenanya, bentuknya menjadi sangat unik, seperti perpaduan Timur Tengah, China dan Eropa. Sepanjang menyusuri kompleks Masjid Tiban, kita akan menemukan kamar-kamar dengan desain arsiteltur yang beragam nuansanya. Untuk pembangunannya pun tidak menggunakan alat-alat berat dan modern seperti halnya untuk membangun gedung bertingkat. Semuanya dikerjakan oleh para santri yang berjumlah 325 orang dan beberapa penduduk di sekitar pondok. Romo Kiai sudah mulai membangun pondok dengan material apa adanya. Contohnya, waktu itu yang ada baru batu merah saja maka batu merah itulah yang dipasang dengan luluh (adonan) dari tanah liat (lumpur atau ledok). 

Dilihat dari lantai 5
Puas menjelajahi masjid hingga lantai sepuluh kita bisa keluar dan menjelajahi toko yang menjual bermacam-macam cinderamata sambil menikmati aneka kuliner. Kita juga bisa mendapatkan kaset CD yang berisikan tentang pondok Pesantren Biharu Bahri’Asali Fadlaailir Rahmah. Selain itu disalah satu tempat terdapat area yang digunakan khusus untuk satwa, seperti kera, burung cenderawasih, rusa, burung kakatua, ayam bekantan dan beberapa macam satwa lainnya. Di sini juga tersedia kolam renang yang dilengkapi oleh perahu. Perahu ini dapat dinaiki oleh wisatawan anak-anak setelah meminta izin terlebih dahulu kepada santri yang ada di sekitar tempat itu. 

Foto-foto tentang Masjid Tiban


Sebelum masuk masjid
 
Perpaduan arsitek Timur Tengah,Cina,dan Eropa

Ornamen di salah satu ruangan

Tempat istirahat

Catatan:
Rute dari arah kota Malang
Masjid Tiban ini jika ingin ditempuh dari  Malang, masjid berada sekitar 25 Km, dan jika ditempuh dari terminal Gadang dapat menggunakan minibus tujuan Turen. 
Untuk masuk ke masjid yang terletak di Jl. Wahid Hasyim, Gang Anggur Desa Sananrejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur ini tidak dipungut biaya alias gratis. 
(berbagai sumber)

Sabtu, 09 Mei 2015

Backpackeran ke Lombok-NTB

Lombok, 3 - 8 September 2014
Rumah Adat Sasak
Dear backpackers ....

Jalan-jalan ku kali ini adalah mengeksplore keindahan pulau penghasil mutiara laut terbaik di Indonesia, Lombok-Nusa Tenggara Barat.
Dengan tiket bis seharga Rp.275.000 untuk sekali jalan, aku berangkat dari terminal Arjosari Malang bersama adikku, Edlin Dahniar (seorang dosen Antropologi Budaya dari Universitas Brawijaya Malang) pada Rabu jam 18.00 WIB. Untuk pertama kalinya aku keluar pulau menggunakan moda transportasi darat dan laut serta mencoba untuk menjadi backpacker. Menyenangkan tapi cukup menguras tenaga dan waktu karena jarak Malang-Lombok harus ditempuh sekitar 22 jam dengan rute Malang-pelabuhan Ketapang-pelabuhan Gilimanuk-pelabuhan Padang Bai-pelabuhan Lembar-terminal Mandalika. Sebuah perjalanan panjang dan sangat mendebarkan, benar-benar menguji adrenalin maklum aku belum berpengalaman naik kapal laut selama berjam-jam seperti ini.


Dalam Penyeberangan dari Padang Bai ke pelabuhan Lembar
Setelah melewati perjalanan panjang akhirnya kami tiba di terminal Mandalika Kamis jam 15.20 WITA disambut mendung dan sedikit gerimis serta udaranya yang sangat gerah ditambah kondisi terminal yang masih dalam perbaikan sehingga terkesan jorok, niatan untuk buang air kecil pun hilang seketika. Tidak perlu berlama-lama di terminal untuk menunggu taksi atau ojek karena kami sudah di jemput ayah dari kawan adikku yang dulu sama-sama kuliah di UGM. Kami langsung menuju perumahan BTN Seganteng-Cakranegara, sebuah rumah telah disediakan untuk kami tempati selama di Lombok. Selain menyediakan rumah tinggal, tuan rumah juga menyediakan motor dan mobil untuk kami, tinggal pilih. Tanpa buang-buang waktu lagi, malamnya kami keliling kota Mataram menikmati gemerlap ibukota Propinsi Nusa Tenggara Barat.


Mengenal Lombok

Lombok bukan cabe, tapi Lombok yang ini merupakan sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan selat Lombok dari Bali di sebelah barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Pulau Lombok terdiri dari empat kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Utara, dan kota Mataram. Sebagian besar penduduk Lombok adalah suku Sasak. Bahasa yang dipergunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia dan bahasa Sasak. Mayoritas penduduknya beragama Islam. 
Malam di kota Mataram waktu itu sangat ramai karena bersamaan dengan puncak acara Olimpiade Sains Nasional (OSN). Hotel-hotel over booked, dan jalanan sedikit macet. Setelah mengelilingi kota Mataram, kami kembali ke rumah jam 23.00 WITA untuk istirahat karena masih banyak destinasi wisata yang harus kami kunjungi.

Destinasi Wisata paling Eksotis di pulau Lombok 

1. Gili Trawangan
Gili Trawangan adalah pulau terbesar dari tiga gili eksotis yang terdapat di sebelah barat laut Lombok yang saat ini menjadi destinasi favorit bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Pulau yang masuk dalam wilayah desa Gili Indah, Kabupaten Lombok Barat ini memiliki berjuta pesona keindahan alam bawah laut. Disamping airnya yang masih bening terhampar pula pasir putih bersih tanpa sampah berserakan. 



Suasana di Hopping Island
Pagi itu kami meninggalkan kota Mataram menuju pelabuhan Bangsal dengan menggunakan angkutan pedesaan yang menempuh waktu kurang lebih 45 menit. Tarif kendaraan umum dari kota Mataran ke pelabuhan Bangsal Rp. 30.000, atau bisa juga naik taksi dengan tarif berkisar antara Rp.125.000-150.000. Pelabuhan Bangsal ini tidak terlihat seperti pelabuhan hanya berupa bibir pantai dengan bangunan kecil dari kayu sebagai administratur sekaligus penjualan tiket serta beberapa kursi untuk menunggu. Di sini menunggu adalah hal yang sangat penting karena perahu tidak akan berangkat bila penumpang belum memenuhi kuota. Selain itu jadual penyeberangan pun tidak menentu, harga tiket public boat yang cukup terjangkau Rp. 20.000/orang untuk sekali jalan. Waktu yang diperlukan sekitar 45-60 menit, tergantung ombak dan cuaca. Bagi yang tidak sabar menunggu bisa mencarter sebuah perahu dengan biaya Rp. 300.000-350.000 Setelah beberapa menit meninggalkan pelabuhan Bangsal, dari kejauhan mulai terlihat hamparan pasir putih Gili Trawangan. Tercapai juga keinginanku untuk menginjakkan kaki di pulau yang telah lama ku impikan ini. Aku semakin mengagumi tanah airku Indonesia yang mempunyai panorama alam yang begitu indah memukau.Tiba di Gili Trawangan jam 09.00 WITA, ah masih terlalu lama menunggu sunset. 

Kami pun mencari penginapan dibantu seorang pemuda (saya lupa namanya), dia berambut gimbal ala Bob Marley tapi dia sangat ramah. Semua penginapan dari yang mewah hingga yang sederhana semua penuh. Menurut cerita pemuda ini memang Gili Trawangan ini setiap harinya tidak pernah sepi dari wisatawan asing terlebih kalau weekend dan summer holiday. Setelah berjalan kaki lumayan jauh, kami pun menemukan sebuah bungalow di ujung gang milik pak lurah setempat, namanya bungalow Rumah Hantu dengan tarif Rp. 200.000/nett. 


Bungalow Rumah Hantu
Kami beristirahat sebentar kemudian kami mencari rumah makan Indonesia. Tidak mudah menemukan menu masakan Indonesia apalagi berlabel halal. Di sini semuanya serba Western style tarifnya pun mengikuti, jadi jangan heran jika biaya hidup di sini mahal. Aku seakan-akan tidak sedang berada di Indonesia, jarang sekali aku berpapasan dengan wajah-wajah pribumi, paling cuma pedagang souvenir, bar tender,dan para barista itupun mereka berkomunikasinya menggunakan bahasa Inggris. Beruntung aku sedikit mengerti bahasa Inggris hingga tak merasa asing di negeri sendiri, kalau tidak bisa-bisa kita menjadi terasing di negeri sendiri. Itulah salah satu pentingnya belajar bahasa Asing.
Wisata bahari yang paling dominan dilakukan oleh wisatawan adalah menyelam atau snorkeling. Snorkling adalah aktivitas yang tidak boleh Anda lewatkan disini. Setiap penginapan dan resort menyewakan peralatan snorkling. Anda tidak perlu jauh-jauh ke tengah pantai untuk mendapatkan pemandangan yang indah. Hanya perlu beberapa meter dari bibir pantai, Gili Trawangan akan menyuguhkan pemandangan bawah laut yang memesona. Selain snorkling, olahraga air lain yang bisa  kita jajal adalah scuba diving, dan berselancar. Bagi yang tak suka bermain air, bisa belajar berkuda di pulau ini. 


Cidomo
Kuda-kuda yang disewakan oleh warga setempat yang bisa digunakan untuk mengasah kemampuan menunggang kuda. Di hamparan pasir pantai, latihan berkuda di Gili Trawangan jauh lebih mengasyikkan dibanding dengan berkuda di tempat lain. Selain kuda, warga setempat juga menyewakan sepeda. Waktu itu aku menyewa sepeda dengan tarif Rp.50.000 mulai jam 15.00 - 07.00 WITA. Jika tidak ingin bersepeda, wisatawan bisa menikmati suasana dengan menumpang Cidomo. Cidomo merupakan perpaduan antara cikar, dokar dan mobil. Bodinya cikar tapi ditarik kuda dan menggunakan ban mobil. Karena di Gili trawangan tidak memperbolehkan adanya kendaraan bermotor, maka Cidomo dan sepeda adalah satu-satunya alat transportasi yang bisa digunakan. Tak heran jika Gili Trawangan ini bebas dari polusi udara.


Sunset di Gili Trawangan
Menjelang senja adalah waktu yang paling ditunggu oleh para wisatawan untuk  
mengabadikan detik-detik matahari pulang ke peraduannya atau sunset. Ya... sunset yang indah selalu menjadi unggulan wisata ke Gili Trawangan. Selain sunset, tentu saja sunrise juga menggoda untuk diabadikan. Bangunlah pagi-pagi benar, jika cuaca sedang cerah, anda bisa mengabadikan momen matahari terbit di balik Gunung Rinjani. Benar-benar suasana yang sayang untuk dilewatkan. 



Di sudut salah satu bar
Gili Trawangan adalah pulau yang tak pernah tidur. Bagi penyuka kehidupan malam dan party ini adalah tempat yang tepat. Urusan cafe to cafe Gili Trawangan sangat menghibur. Setiap malam pasti ada saja beach party yang digelar. Berbeda dengan cafe-cefe di Kuta Bali yang selalu menyediakan hiburan malam pada saat bersamaan, di Gili Trawangan mereka mendapatkan waktu bergiliran, sehingga setiap hari selalu ada yang mengadakan pesta. Nah, jika ingin menikmati suasana malam panjang di Gili Trawangan tak ada salahnya Anda datang ke Central atau biasa disebut pasar seni. Tempat ini mulai ramai saat petang hingga malam. Berbagai bar dan tempat makan pun mulai membuka pintunya untuk para wisatawan. Pasar seni Gili Trawangan berbentuk jalan besar menghadap ke pantai tengah Gili Trawangan dengan kios dan bar di kanan kirinya. 
Menu kuliner yang disajikan juga bervariasi mulai sajian internasional seperti steak hingga masakan lokal seperti gado-gado. Bagi penyuka seafood, para pengunjung bisa melihat langsung cara pengolahannya sampai menjadi makanan lezat. Tidak hanya kuliner, di Central juga berjajaran kios penjual cinderamata. Disana, turis bisa membeli aneka souvenir khas Lombok seperti kain tenun dan songket. Tidak hanya itu, disana juga dijual baju renang dan baju pantai. Bagi Anda yang tidak siap dengan kostum ini dari rumah, Central bisa menjadi alternatif pilihan. Jangan lupa untuk menawar setiap barang yang akan Anda beli karena harganya lebih mahal daripada penjual yang berdagang di sekitaran kota Mataram. Selain Central, pusat keramaian kehidupan malam di Gili Trawangan juga bisa kita temui di Bar Tir na Nog. Konon, ini adalah bar Irlandia satu-satunya yang ada di pulau ini. Saat malam tiba, bar ini sudah dipenuhi para turis yang kebanyakan justru dari luar negeri. Suara musik yang menghentak dan tayangan televisi menjadi hiburan di bar ini. Setiap ada event yang akan digelar, bar Tir na Nog memasang pengumuman untuk para pengunjung dengan menggunakan papan. Kehidupan malam di Gili Trawangan benar-benar luar biasa. Let's get the party here!

2. Gili Meno




Ketenangan di Gili Meno
Gili Meno terletak di antara Gili Trawangan dan Gili Air. Pagi jam 09.00 WITA kami berangkat dari Gili Trawangan dengan naik Hopping Islands (istilah perahu penyeberangan) dengan tiket seharga Rp.20.000/orang sekali jalan. Seperti Gili Trawangan, di pulau ini juga tidak terdapat kendaraan bermotor, sarana transportasi hanya berupa sepeda, kuda dan kereta cidomo. Namun tidak perlu khawatir karena Gili Meno berukuran cukup kecil bahkan lebih kecil dari kedua saudaranya Gili Trawangan dan Gili Air, kita bisa berkeliling pulau dengan berjalan kaki tanpa memakan waktu terlalu lama. Ada sedikit perbedaan antara Gili Meno dengan Gili Trawangan, kalau Gili Trawangan terkenal dengan pesta dan musik sampai larut malam, tetapi tidak terlalu banyak aktifitas wisata di Gili Meno, kebanyakan wisatawan di pulau ini menghabiskan waktu di pantai, melakukan aktifitas air seperti berenang, snorkeling & diving, atau hanya sekedar berdiam diri dan membaca buku. Di malam hari suasana pulau akan sangat sunyi, begitu sunyi sehingga sayup-sayup suara musik dari klub-klub malam di Gili Trawangan kadang dapat terdengar dari kejauhan hingga tengah malam.


Tempat-tempat berjemur sepanjang pantai
Gili Meno memiliki sebuah danau kecil, danau air asin yang sering disebut sebagai danau garam ini sekaligus sebgai tempat tinggal dan bertengger aneka burung laut yang cukup menarik untuk dilihat di waktu-waktu tertentu. Di musim kemarau tepian danau akan mengering, penduduk setempat memanfaatkannya sebagai tambak garam. Jika kita masih kurang puas melihat burung di sini, anda bisa mengunjungi Gili Meno Bird Park.
Terdapat beberapa restaurant & rumah makan di Gili Meno, walaupun tidak semewah dan selengkap restaurant di Bali, namun beberapa diantaranya cukup baik untuk ukuran resto di sebuah pulau terpencil. Kebanyakan resto terletak di pinggir pantai dengan pemandangan spektakuler pulau Lombok atau Gili Trawangan dari kejauhan. Makan malam sambil menikmati sunset dan masakan khas Sasak Lombok akan sangat mengesankan.
Bagi yang ingin berhemat bisa mengunjungi warung yang menghidangan menu seperti nasi goreng, mie goreng, kangkung belacan, tempe goreng sampai dengan ayam taliwang bisa dipesan dengan harga yang murah sekitar Rp.30.000 dimakan sambil menikmati keindahan pantai Gili Meno.


3. Pantai Senggigi

Senggigi dari kejauhan
Pantai ini merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat digemari wisatawan karena pemandangan garis pantainya yang panjang dan terlihat indah bila dilihat dari ketinggian. Dengan garis pantai yang panjang tersebut Pantai Senggigi menyuguhkan gradasi warna pasir pantai dari hitam ke putih namun sayangnya pantai ini sudah mulai kotor, sampah-sampah berserakan di mana-mana. 
Seperti biasanya aktivitas yang dilakukan turis-turis yang datang ke pantai ini adalah menghabiskan waktunya dengan berjemur, berenang, snorkeling, atau sekedar bermain-main di tepi pantai. Dengan garis pantai yang panjang ini pula, pilihan aktivitas jogging menjadi salah satu kegiatan yang cukup digemari di Pantai Senggigi. Di kala sore hari, kita dapat melepas penat dengan bersantai di tepian pantai sambil menikmati tenggelamnya matahari di Senggigi. Sebuah panorama yang begitu indah!


Rute ke pantai Senggigi

Pantai Senggigi dari ketinggian
Perjalanan ke Pantai Senggigi Lombok dapat ditempuh dari Kota Mataram. Jika kita telah sampai di Kota Mataram atau telah mendarat di bandara udara Selaparang Mataram, maka perjalan ke Pantai Senggigi akan memakan waktu kurang lebih 30 – 50 menit. Kita dapat naik taksi, angkutan umum, atau menyewa motor untuk dapat tiba di Pantai Senggigi. Jika ingin menggunakan angkutan umum dari Kota Mataram, maka kita harus mengambil angkutan jurusan Sweta – Ampenan dengan biaya sebesar Rp.3.000/orang. Setelah tiba di Ampenan, Anda harus naik angkutan lagi jurusan Ampenan – Senggigi berbiaya Rp.2.000/orang. Setiba di kawasan Senggigi, kita tinggal berjalan kaki selama kira-kira 3 menit untuk dapat tiba di pantai tersebut. Sambil berjalan kaki, kita akan menjumpai banyak warung dan toko makanan, penjual aneka souvenir, dan lain-lain.Dalam rute perjalanan menuju Pantai Senggigi ini, kita akan melewati pasar tradisional di Mataram, dikenal dengan nama Ampenan (Kebon Roek). Pasar ini adalah pasar yang terdekat dari kawasan Pantai Senggigi. Kita juga tidak perlu khawatir soal makanan dan minuman di tempat wisata ini. Pantai Senggigi Lombok adalah salah satu tempat wisata yang difasilitasi secara lengkap, baik dari aneka hotel dan penginapan, resto dan cafe, pub atau diskotik, hingga ke live music. Ada banyak penjual makanan lokal di kawasan Pantai Senggigi, bahkan masakan Padang pun tersedia jika kita suka.
4. Taman Narmada
Taman Narmada berada di desa Lembuah, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat atau 10 km arah timur kota Mataram. Jika kita akan kesana, naiklah kendaraan umum dengan waktu tempuh hanya 20 menit dari kota Mataram. 


Taman Narmada
Taman Narmada adalah taman yang dibangun pada tahun 1727 oleh Raja Mataram Lombok Anak Agung Ngurah Karangasem. Pada awalnya, Taman Narmada di bangun untuk tempat perayaaan upacara Pakelem yang dilaksanakan setiap purnama kelima tahun Caka. Selain itu Taman Narmada juga tempat peristirahatan para Raja dan keluarga saat musim kemarau. Ada yang mengatakan bahwa desain Taman Narmada di dibuat meniru suasana yang ada di puncak Gunung Rinjani. Nama Narmada diambil dari Narmadanadi, anak Sungai Gangga yang sangat suci di India. Bagi umat Hindu, air merupakan suatu unsur suci yang memberi kehidupan kepada semua makhluk di dunia ini. Air yang memancar dari dalam tanah(mata air) diasosiasikan dengan tirta amerta (air keabadian) yang memancar dari Kensi Sweta Kamandalu. Dahulu kemungkinan nama Narmada digunakan untuk menamai nama mata air yang membentuk beberapa kolam dan sebuah sungai di tempat tersebut. Lama-kelamaan digunakan untuk menyebut pura dan keseluruhan kompleks Taman Narmada. 

Pura Kelasa
Keunikan Taman Narmada adalah air kolamnya yang banyak dipercaya membuat awet muda. Tak heran jika kita akan melihat kolam ini dipenuhi wisatawan dan juga warga setempat untuk mandi atau hanya membasuh badan saja. Karena kandungan mineralnya yang cukup tinggi, kita akan merasakan betapa segarnya setelah bermain air di kolam tersebut.Taman Narmada ini tidak hanya mempunyai kolam air sebagai daya tarik. Di kompleks yang oleh pemerintah ditetapkan sebagai kompleks bangunan Cagar Budaya juga terdapat Pura Kelasa. Di Pura ini setiap tahunnya diadakan upacara Pujawali untuk menghormati Dewa Batara yang dipercaya tinggal di Gunung Rinjani. Bentuk Pura Kelasa seperti punden berundak dan menjadi salah satu dari pura paling tua di Lombok. Karena sejak awal memang didesain utnuk menyerupai Gunung Rinjani, maka untuk masuk ke Pura Kelasa ini Anda harus melewati puluhan anak tangga.
Sate Bulayak
Jika perut sudah terasa lapar karena capek berkeliling sekitar taman maka Sate Bulayak adalah pilihan yang tepat untuk mengisi perut, panganan khas Lombok ini terdiri dari sate daging sapi, atau daging ayam yang disajikan bersama Bulayak; sejenis lontong tapi bungkusnya lilitan daun enau atau daun kelapa. Satu porsi terdiri dari lima belas tusuk sate daging, lima potong bulayak, dan satu piring dihargai Rp.20.000. Tapi jangan berharap menemukan sate bulayak dijual  di warung makan khusus. Sebab, penganan ini nampaknya khas untuk alam terbuka, dan pedagangnya selalu pedagang kaki lima.

Foto-foto Kuliner



Ayam Taliwang  Rp.30.000-35.000/porsi
Sup Iga, Es Kelapa Muda, dan Puding seharga Rp. 55.000

Tahu asli Lombok Rp.4.000/biji

Kopi Hitam non wine di Cafe Senggigi Rp.20.000

Demikian backpackeran kami ke pulau Lombok dan  karena keterbatasan waktu, dihari kelima pun kami bersiap-siap kembali ke kota Malang walaupun masih banyak tempat-tempat eksotis yang belum kami jelajahi. 


                        --Tiyang Baru' Uleq leman Lombok (I have Been to Lombok)--

                                                 Salam  Backpacker Indonesia