Sabtu, 27 Juni 2015

Bentuk Kalimat Dalam Bahasa Lio

Kalimat terdiri atas satu klausa disebut kalimat tunggal. Berdasarkan batasan ini kalimat tunggal berklausa tunggal dapat pula merupakan kalimat yang tidak berklausa.
Contoh:
La’e               ‘belum’
Mere mai       ‘kemarin’
Kalimat tungal ini dibedakan menjadi dua, yaitu kalimat mayor dan kalimat minor.

Ø  Kalimat Mayor
Kalimat tunggal berunsurkan S dan P yang dapat disertai unsur O dan K disebut kalimat mayor. Kalimat mayor merupakan konstruksi predikatif. Pola struktur kalimat mayor ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

                      N
                      Kj
    N (Asp)     Sf             (Asp)        N (FD)      (T)         (W)      (M)       (C)        (A)     (Ku) 
                      Bil
                      FD

Keterangan aspek (Asp) ada yang harus terletak mendahului Kj, ada pula yang harus mengikuti Kj. Oleh karena itu, rumus di atas ditulis dalam dua posisi.
(1)   Kalimat Inti
Kalimat mayor yang berunsurkan unsur wajib disebut kalimat inti. Berdasarkan rumus diatas, akan didapatkan lima pola kalimat inti dalam bahasa Lio.
·         N + N
Contoh:
Rusa ndu’a                 ‘Rusa binatang’
Kai kepala desa         ‘Dia kepala desa’
·         N + Kj
Contoh:
Ebe ndeo              ‘Mereka bernyanyi’
Ero lela                ‘Burung terbang’
·         N + Sf
Contoh:
Mamo rongo              ‘Kakek sakit’
Aku fonga                  ‘Aku senang’
·         N + Bil
Contoh:
Ana imu lima            ‘Anak lima orang’
Jara eko telu             ‘Kuda tiga ekor’
·         N + FD
Contoh:
Ema da ghea uma          ‘Ayah ke ladang’

(2)   Kalimat Luas
Struktur kalimat luas bahasa Lio dapat diklasifikasikan seperti berikut:
            
·         FN +  FN    N          
Contoh:
Eda aku sopi                           ‘Pamanku sopir’
Kai ghea Fernandes               ‘Itu Fernandes’
·         FN + N
Contoh:
Gharu kopi ba’i                    ‘Itu kopi pahit’
Kai ata jogha                        ‘Dia orang jahat’
·         N + FKj
Contoh:
Aku jadi lara roke              ‘Aku jadi mengantuk’
             
·         FN + FKj   Kj
Contoh:
Ema kai dei nde’o           ‘Ayahnya suka bernyani’
Jou o bani aja baca         ‘Guru yang galak itu mengajar membaca’
·         N + FSf
Contoh:
Ebe biasa ro                           ‘Mereka biasa sakit’
Kai na wai lami raka do        ‘Beliau kaya pengalaman’

Ø  Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat tunggal yang tidak mempunyai unsur funsional S + P, atau keduanya tidak ada.
Contoh:
Sai?                       ‘Siapa’
Oe                          ‘Ya’
Wengi mai?          ‘Kapan datang?’
Ka dowa?             ‘Sudah makan?’

Berdasarkan contoh diatas, dapat dilihat bahwa ada kalimat minor yang hanya berunsur S.
Contoh:
Sai?     Bentuk lengkapnya Sai gharu?  Siapa itu?   Ada yang berupa predikat saja: Ka dowa?  Dari bentuk Ema ka dowa?  ‘Ayah sudah makan?’

Ø  Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat  yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Berdasarkan hubungan antar unsur langsung, kalimat majemuk dibedakan menjadidua, yaitu:
(1)   Kalimat majemuk setara
(2)   Kalimat majemuk bertingkat

·         Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang sifat hubungan antar unsurnya langsung setara. Maksudnya, klausa yang satu bukan merupakan bagian dari klausa lainnya. (Ramlan, 1981:28).
Kalimat majemuk setara ini dapat dibedakan lagi berdasarkan makna struktural yang timbul akibat hubungan antara klausa yang satu dengan klausa lainnya, sebagaimana berikut ini:
1. Kalimat Majemuk Setara Jumlah
Dalam kalimat ini, klausa yang satu dengan yang lainnya menyatakan makna penjumlahan, yaitu penjumlahan peristiwa, penjumlahan keadaan, bahkan mungkin pula penjumlahan tindakan (Ramlam, 1981:35). Kalimat ini ditandai kata penghubung no’o   ‘dan’, yang kadang-kadang diucapkan no saja.
Contoh:
Ema aku wora ngaja dapi no sepa ai kai   ‘Ayahku membentaknya serta menyentakkan kakinya’.
2. Kalimat Majemuk Setara Urutan
Kalimat setara ini mempunyai sifat hubungan menyatakan urutan peristiwa atau keadaan antara klausa yang satu dengan yang lainnya. Hubungan kalimat ini kadang-kadang tidak ditandai kata penghubung, yaitu kata penghubung yang sering digunakan sawe  ‘sesudah’; ‘sehabis’.
Contoh:
Ka sawe, aku iwa ngadho ngura ngi’i   ‘Sehabis makan, aku tidak lupa menggosok gigi’.
3. Kalimat Majemuk Setara Pilih
Sifat hubungan pilih berarti penerima akan melihat dalam kenyataan hanya salah satu dari klausa itu yang akan , sedang, atau telah terjadi atau yang ada. Kalimat ini biasa ditandai demi  ‘atau’  atau ta ‘atau’.
Contoh:
Kau to’o teka nia aku, demi aku wela kau  ‘Kau pergi dari hadapanku, atau aku membunuhmu’.
4.  Kalimat Majemuk Setara Pertentangan
Kalimat majemuk ini ditandai oleh makna structural klausa yang satu bertentangan atau ditolak isinya oleh klausa lainnya. Kata penghubung yang menandainya di ‘tetapi’.
Contoh:
Sia wewa ghea masa, di sia wewa ina piara molo
‘Pekarangannya itu bersih, tetapi pekarangan ini tidak terpelihara’
Aji kai miwa jie, di kasia kai bhongo dema
‘Adiknya cantik tetapi sayang dia bodoh sekali’
5. Kalimat Majemuk Setara Tingkat
6. Kalimat ini mempunyai makna struktural bahwa klausa yang kemudian melebihi apa yang dinyatakan pada klausa sebelumnya. Hubungan ini jarang ditandai oleh kata penghubung yang kadang-kadang dipakai  mala  ‘malah’; ‘bahkan’.
Contoh:
Kai ghe biasa ro, mala nebu ina to’o talo sawe leka ola eru kai
‘Orang itu sering sakit, bahkan kini tidak dapat lagi bangun dri tempat tidurnya’.

·         Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang salah satunya merupakan bagian klausa lainnya. Klausa yang bukan menjadi klausa lain disebut inti dan klausa yang merupakan bagian klausa lain disebut klausa bukan inti.
Klausa bukan inti merupakan bagian dari klausa inti karena bukan inti yang menduduki salah satu unsur fungsional pada klausa inti. Hal ini berarti bahwa unsur klausa inti bertindak sebagai S, P, O, atau K.
Contoh:
Nebu aku ka taka ine muta-tai   ‘Tengah aku asyik makan, ibu muntah-muntah’

Kalimat ini terdiri atas dua klausa, yaitu Nebu aku ka taka  ‘Tengah aku asyik makan’ dan ine muta-tai  ‘Ibu muntah-muntah’. Kalimat pertama tersusun unsur nebu ‘tengah’ sebagai klausa K, aku  ‘aku’ sebagai klausa S, dan ka taka ‘asyik makan’ sebagai klausa P. Klausa kedua tersusun atas unsur ine ‘ibu’sebagai S, muta-tai ‘muntah-muntah’ sebagai P.
Bila dihubungkan bagian terhadap keseluruhan, klausa pertama merupakan bagian dari klausa kedua karena klausa pertama merupakan unsur W klausa kedua. Dengan demikian, klausa ini dapat disubstitusikan dengan kata keterangan waktu (W), seperti terlihat paradigma berikut:
Nebu aku ka taka, ine muta-tai
       W                        S         P

Klausa bukan inti kadang-kadang menduduki O, seperti terlihat pada contoh berikut:
Aku nosi, ema wora da ghea aku   ‘Aku tahu ayah marah padaku’
Kalimat ini terdiri atas dua klausa, yaitu klausa inti aku nosi ‘aku tahu’ dan klausa bukan inti  ema wora da ghea  ‘ayah marah padaku’. Dilihat dari unsur fungsionalnya: Aku  ‘aku’ sebagai subyek (S) dan nosi ‘tahu’sebagai predikat (P).




Rabu, 10 Juni 2015

Mari Berpetualang ke Pantai Bajul Mati


Batu karang menyerupai seekor buaya (Foto: Dok.Pribadi)
Pantai Bajul Mati merupakan salah satu pantai di kawasan Malang Selatan yang wajib dikunjungi. Nama Bajul Mati yang dalam bahasa Jawa artinya Buaya Mati (buaya yang mati). Konon pantai ini pertama kali ditemukan pada tahun 1890-an. Saat itu di sekitar pantai ditemukan seekor buaya yang mati, sehingga dinamakan Bajul Mati. Menurut pendapat yang lain, dinamakan Bajul Mati karena di pantai ini terdapat batu karang panjang yang bentuknya menyerupai seekor buaya. Ketika menjelang malam, saat disapu ombak batu tersebut seakan seekor buaya yang hidup. Pantai Bajul Mati ini terletak di pesisir selatan Pulau Jawa yang tepat di berada di Desa Bajul Mati,kelurahan Gajahrejo, Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang. Jaraknya sekitar 58 km dari Kota Malang. Jika dari Kota Malang pengunjung bisa mengambil arah ke Turen lalu berbelok ke selatan menuju Sumbermanjing Wetan dan lurus menuju arah Pantai Sendangbiru. Lalu terdapat pertigaan dengan plakat petunjuk arah ke kanan untuk menuju ke Pantai Bajulmati. Jalannya sudah beraspal tetapi berkelok-kelok karena harus melewati pegunungan. Sekitar tiga kilometer sebelum Pantai Bajulmati jalannya lebih lebar. Bisa juga dengan melalui jalur menuju Pantai Balekambang sampai terdapat sebuah perempatan, bila lurus akan menuju Balekambang, dan ke kiri akan menuju Bajul Mati. Rutenya masih satu jalur dengan Pantai Goa Cina. Cukup banyak petunjuk arah untuk menuju arah pantai tersebut. Letak kedua pantai ini tidak terlalu jauh. Jarak antara Pantai Bajul Mati dan Goa Cina hanya sekitar 2 kilometer atau sekitar 10 menit perjalanan dengan kendaraan bermoto
Jembatan di Jalan Lintas Selatan (Foto: Dok.Pribadi)
Sebelum memasuki pantai ini terdapat sebuah jembatan sepanjang 90 meter 
berbentuk setengah lingkaran. Baik ukuran maupun desainnya sangat artistik karena melintang di atas sungai yang lebar, dengan pemandangan bukit-bukit karang dan lautan. Jembatan Bajul Mati ini merupakan salah satu jembatan yang terletak di ruas Jalan Lintas Selatan. Dengan adanya Jalan Lintas Selatan ini berpengaruh terhadap kunjungan ke Bajulmati, karena jika berwisata ke Sendangbiru, pengunjung bisa mampir dahulu ke Bajulmati. Tidak sampai 10 menit dari jembatan tersebut, pengunjung akan tiba di Pantai Bajul Mati. Untuk memasukinya pengunjung akan dipungut retribusi sebesar Rp 5.000 per orang. Pantai Bajul Mati sendiri memang indah dengan pasirnya yang putih, bersih dan cukup luas sehingga pengunjung dapat leluasa bermain pasir, voli pantai, atau berjemur. Yang lebih menarik, pengunjung dapat menuju bukit untuk mendapatkan pemandangan pantai yang jauh lebih indah. Pantai ini juga kerap dijadikan lokasi berkemah bagi para komunitas pecinta alam. Meskipun pantainya indah, pengunjung dilarang berenang di Pantai Bajul Mati karena ombak khas laut selatannya yang besar dan struktur pantainya yang curam dan dalam. Akan tetapi ada satu spot yang relatif aman untuk berenang. Spot ini terletak di sebelah barat dimana pengunjung bisa bermain air sepuasnya. Uniknya di tengah-tengah lautan terdapat beberapa pulau karang mirip bukit yang menyembul dari dalam laut. Hal itu membuat panorama pantai kian menarik. Hanya, pantai ini masih sepi pengunjung. 
Goa Wil (Foto: Dok. Pribadi)
Selain menawarkan panorama pantai, di Pantai Bajul Mati juga terdapat sebuah gua bernama Goa Wil. Lokasi goa yang masih dalam satu kompleks Pantai Bajul Mati itu berada di sisi timur pantai. Untuk menjangkaunya cukup dengan berjalan kaki sekitar 300 meter dari pintu masuk pantai. Posisi goa tepat berada di bawah sebuah bukit karang. Di sekeliling bukit itu dikelilingi ladang kelapa dan ketela pohon yang ditanami warga sekitar. Meski disebut dengan goa, namun tidak ada lubang masuk menjorok cukup dalam. Goa ini lebih tepat disebut sebagai batu karang yang dasarnya terkena abrasi, karena memang seperti dasar bukit yang agak menjorok sedikit. Meski begitu, di lokasi ini dikenal angker oleh penduduk setempat.
Pengunjung juga bisa datang pada bulan Agustus untuk menyaksikan prosesi Larung Ketupat. Ritual Larung Ketupat ini dilaksanakan sebagai bentuk pembelajaran agar manusia tetap ingat bahwa dirinya adalah bagian dari alam. Karena itu manusia harus memberi apresiasi untuk alam dengan cara melarung tersebut. 




                                                             Selamat Berpetualang!


Selasa, 09 Juni 2015

Mengenang Lagu KOKORO NO TOMO




KOKORO NO TOMO ( 心の友 ) 

Anata kara kurushimi o ubaeta sono toki 
Watashi nimo ikiteyuku yuuki ga waite kuru
Anata to deau made wa kodoku na sasurai-bito
Sono te no nukumori o kanji sasete 

Ai wa itsumo rarabai 
Tabi ni tsukareta toki 
Tada kokoro no tomo to watashi o yonde

Shinjiau koto sae dokoka ni wasurete 
Hito wa naze su'ngita hi no shiawase oikakeru 
Shisuka ni mabuta tojite kokoro no doa o hiraki 
Watashi o tsukandara namida huite 

Ai wa itsumo rarabai 
Anata nga yowai toki 
Tada kokoro no tomo to watashi o yonde 

Ai wa itsumo rarabai 
Tabi ni tsukareta toki 
Tada kokoro no tomo to 
Watashi o yonde 

Terjemahan lirik lagu 

Kala itu aku dapat melepaskan kepedihan dari mu’ 
Semangatku pun mulai bergelora menjalani hidup
Sebelum bersua denganmu, kesepian aku berkelana
Biar kurasakan hangatnya jemarimu 

Cinta senantiasa meninabobokkan 
Tatkala lelah dalam perjalanan 
Panggil saja aku sebagai teman di hati 
Lupakanlah walau tentang saling percaya 

Mengapa orang masih saja mengejar kebahagian yang telah lalu
Pejamkanlah matamu dan bukalah hati 
Raihlah aku dan usap air matamu 

Cinta selalu meninabobokan 
Tatkala engkau sedang lemah 
Panggil saja aku sebagai teman di hati 

Cinta senantiasa meninabobokkan 
Tatkala lelah dalam perjalanan 
Panggil saja aku sebagai teman di hati 

Lebih Dekat Dengan Sang Proklamator (3): Jalan Cinta Sang Presiden



Soekarno dan Ratna Sari Dewi
Salah satu topik yang tak boleh terlewatkan saat membicarakan Soekarno adalah wanita. Soekarno dengan segudang kisah asmaranya patut disimak, karena ini menjadi satu dari kepingan puzzle pribadi Sang Pecinta.
Soekarno adalah sosok dengan wibawa, karisma, dan jiwa kepemimpinan yang besar. Daya tarik Soekarno begitu kuat, tak heran bila rakyat Indonesia mencintainya. Tak berhenti sampai di situ, wibawa dan karisma Soekarno juga membuatnya banyak digandrungi wanita. Soekarno dan wanita memang begitu dekat. Ia pengagum wanita sekaligus dikagumi wanita. Soekarno dengan tegas menyatakannya. "Aku memuji Tuhan karena telah menciptakan makhluk-makhluk yaang cantik seperti perempuan ini. Bukanlah suatu dosa atau tidak sopan kalau seseoramg mengagumi seorang perempuan yang cantik. Dan aku tidak malu berbuat begitu, karena dengan melakukan itu pada hakikatnya aku memuji Tuhan dan memuji apa yang telah diciptakan-Nya. Aku hanya seorang pecinta kecantikan yang luar biasa."
Soekarno menghias ruangan istananya dengan patung-patung dan lukisan cantik tanpa busana. menurutnya, menghadapi persoalan negara itu indah.Tapi, perempuan juga tidak kalah indah. Dia tidak perlu sembunyi-sembunyi soal keindahan perempuan. Soekarno tidak merasa kehilangan kebesarannya karena para perempuan di sekelilingnya.
Soekarno dan para pesohor dunia
(Marlyn Monroe, Elizabeth Taylor, dan Jackie F. Kennedy)
Des Alwi, sahabat dekat Soekarno yang selalu menemani sang presiden ke mana- mana, pernah bercerita bahwa dalam sebuah lawatan ke India, Soekarno tiba-tiba terpikat dengan seorang perempuan yang baru dikenalnya. Setelah rayuan gombal diobral, malam itu juga Soekarno berkencan dengan perempuan cantik tersebut. Malam itu Des Alwi harus menunggu di lobi hotel hingga jam empat pagi.
Soekarno melihat perempuan dari aspek humaniora dan keindahan. Di penjara, dibuang, dan hidup bertahun-tahun di tempat pengasingan di Pulau Buru adalah seni hidup. Berganti-ganti perempuan adalah seni bercinta. Perjalanan asmara Soekarno, ibarat kumbang di taman yang hinggap dari satu bunga ke bunga lain. Dalam sejarah kehidupan Sang Pecinta ini, tercatat ada sembilan orang wanita yang pernah hadir sebagai penghias hati dan hidupnya. Dalam otobiografinya yang ditulis Cindy Adams dan diterbitkan tahun 1965, Soekarno mengungkapkan kisah cintanya. Waktu itu yang Soekarno ungkap hanya Oentari. Inggit, Fatmawati, dan Hartini. Barulah pada buku kedua Cindy Adams yang berjudul My Friend, The Dictator yang terbit setahun kemudian, muncul lagi dua nama istri Soekarno yang lain, yaitu Naoko Nemoto atau Ratna Sari Dewi (1962) dan Haryati (1963). Selain nama-nama yang disebut dalam kedua buku tersebut, masih ada nama-nama lain yang kemudian diungkap sebagai istri Soekarno,
yaitu Hartini Manoppo ( 1959), Yurike Sanger (1964), dan Heldy Djafar (1966).

Fatmawati
Kepiawaian Soekarno dalam mengambil hati wanita memang tidak diragukan lagi. Surat cinta, rayuan, dan sikap gentleman khas Soekarno menjadi hal yang masih dapat dikenang oleh para istri dan mantan istrinya. Karenanya, banyak gelar yang akhirnya orang sematkan untuk menyebut pribadi Soekarno menyangkut keahliannya yang satu ini: Arjuna, Casanova Cinta, Don Juan, dan A Great Lover. Bahkan pers barat pernah memberi sebutan, yang notabene berkonotasi kepada Soekarno, yaitu Soekarno Le Grand Seducteur, tidak bisa melihat rok wanita tanpa bernafsu.
Namun, dibalik kecintaan pada wanita, Soekarno tetaplah pribadi yang memiliki kecintaan besar pada ibu pertiwinya, Indonesia. Ratna Sari Dewi dalam buku Bung Karno Bapakku, Guruku, Pemimpinku: Kenangan 100 Tahun Bung Karno, menyatakan bahwa sesungguhnya Soekarno adalah seorang pahlawan sejati yang hanya mencintai negara dan bangsanya.

Sabtu, 06 Juni 2015

Lebih Dekat Dengan Sang Proklamator (2): Soekarno, Pecinta Seni dan Budaya

       Ni Pollok, legenda penari Bali karya pelukis asal Belgia, Le Mayeur
Ada banyak cerita yang muncul tentang sosok Soekarno. Banyak julukan atau sebutan yang disematkan untuknya. Ia adalah sosok yang lantang menyerukan kemerdekaan ke seantero dunia, sekaligus orang yang mampu membawa bangsa dan rakyat Indonesia diakui dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Dari sekian banyak sebutan untuk Soekarno, yang paling sederhana tapi begitu dalam maknanya adalah Soekarno sebagai Sang Pecinta. Ia mencintai negeri dan rakyatnya, ia mencintai wanita, ia juga mencintai sekaligus mengagumi seni dan budaya. Ia menyukai wayang, ia tidak hanya mencintai budaya Jawa, tetapi juga budaya-budaya yang ada di Nusantara. Soekarno mengagumi tari-tarian dari seluruh Indonesia. Karena kecintaannya pada seni dan budaya, Istana Negara penuh dengan aneka lukisan, patung, dan benda-benda seni lainnya. Setiap pergi ke daerah, Soekarno selalu mencari sesuatu yang unik dari daerah tersebut. Keputusan memilih jurusan arsitektur dalam kuliahnya merupakan salah satu indikasi minat dan bakatnya pada seni. Saat dalam pengasingannya di Ende, Soekarno membuat belasan naskah sandiwara untuk membunuh kesepian.
Kecintaan Soekarno pada seni dan budaya  ia tunjukkan salah satunya dengan sikapnya yang menghargai seniman, budayawan, hingga penabuh gamelan. Saat diasingkan di Istana Bogor, Soekarno menghabiskan waktunya dengan menginventarisasi musik-musik keroncong yang dulu populer tahun 1930-an dan kemudian menghilang. Atas kerja kerasnya dan beberapa seniman keroncong, Soekarno berhasil menyelamatkan beberapa karya keroncong.
Pada masa penjajahan Jepang, Bung Karno memimpin Poetera (Poesat Tenaga Rakyat) sebagai wadah seniman pada saat itu, yang melibatkan berbagai tokoh seni seperti Basuki Abdullah, Afandi, Sudjojono, Henk Ngantung, Hendra, dan lain lain. Bidang seni budaya yang bernaung dalam Poetra juga banyak, seperti seni tari, lukis, teater, kriya, dan lain lain.
Soekarno ketika menari Lenso
Seni memang telah mengalir dalam darah Soekarno. Ibunya yang berasal dari Bali dan ayahnya yang seorang Jawa merupakan perpaduan dari gen yang kaya akan seni. "Aku bersyukur kepada Yang Maha Pencipta, karena aku dilahirkan dengan perasaan halus dan darah seni. Kalau tidak demikian, bagaimana aku bisa menjadi Pemimpin Besar Revolusi sebagaimana 105 juta rakyat menyebutku? Kalau tidak demikian, bagaimana aku bisa memimpin bangsaku untuk merebut kembali kemerdekaan dan hak asasinya, setelah tiga setengah abad di bawah penjajahan Belanda? Kalau tidak demikian bagaimana aku bisa mengorbankan suatu revolusi di tahun 1945 dan menciptakan suatu Negara Indonesia yang bersatu, yang terdiri dari pulau Jawa Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku dan bagian lain dari Hindia Belanda?" demikian komentar Soekarno tentang darah seni yang ada pada dirinya.
Menurut Soekarno, jiwa seni sangat mempengaruhi jalan juangnya. Revolusi adalah seni, bagaimana menjebol dan membangun. Pembangunan menghendaki jiwa seorang arsitek, dan di dalam jiwa arsitek terdapatlah unsur-unsur perasaan dan jiwa seni. Kepandaian memimpin suatu revolusi hanya dapat dicapai dengan mencari ilham dalam segala sesuatu yang dilihat.
Sebagai pecinta seni, Soekarno menyukai keindahan, seni itu sendiri berarti keindahan. Ia amat menyukai lukisan yang cenderung pada aliran naturalisme. Lukisan pelukis besar Basuki Abdullah menjadi favoritnya. Soekarno bisa berjam-jam lamanya menikmati sebuah lukisan. "Aku sendiri senang pada naturalisme, khususnya yang menonjolkan keindahan, apakah itu manusia, makhluk hidup, ataupun benda mati. Setiap benda betapa pun kecilnya mempunyai keindahan; aku senang melihat dan menikmati keindahannya itu, keindahan yang dianugerahkan Tuhan kepada yang diciptakan-Nya."
Lukisan karya Henk Ngantung
Tak hanya sebagai penikmat lukisan, Soekarno juga jago melukis. Salah satu lukisan hasil karyanya yang dibuat sewaktu ia dibuang ke Ende. Lukisan itu menggambarkan pemandangan pantai laut yang tenang kebiruan dengan bukit-bukit terjal sepanjang pantai, gerumbul-gerumbul hijau kehitaman di sebelah kanan dan sedikit pantai berpasir terdampar di sebelah kiri. Juga ada sebuah lukisan karyanya yang menggambarkan seorang wanita berkebaya hijau. 
Selain pengagum lukisan, Soekarno juga menyukai seni pahat, khususnya patung. Beberapa buah patung yang amat ia senangi diantaranya ialah Madonna yang terbuat dari batu pualam putih sebesar manusia, Hand of God yang terbuat dari perunggu dan dipasang indah serasi di belakang Istana Bogor menghadap kolam teratai luas di kebun raya, dan sebuah patung Dewi Kwan Im. Pada suatu hari di Istana Bogor, Soekarno menerima beberapa tamu asing. Dalam kesempatan melihat-lihat istana dari satu ruangan lain, seorang tamu melihat patung Dewi Kwan Im tersebut. Rupanya ia pun termasuk seorang kolektor yang mengerti benar akan barang antik.
Melihat patung tersebut, sang tamu menjadi tertarik dan bertanya pada Soekarno, apakah mau menjual patung tersebut? Sekonyong-konyong Soekarno menjawab tidak. Tamu itu masih mendesak dan bersedia menukar dengan dua mobil Mercy antipeluru. Soekarno tertawa dan menjawab, "Meskipun Anda memberiku seratus Mercy antipeluru, patung itu tidak akan saya tukarkan."
Soekarno juga menyenangi seni tari dan musik. Untuk kedua seni Soekarno lebih cenderung ke arah tradisional. Soekarno memang tidak menyukai musik-musik seperti rock dan jazz.
Soekarno kelihatan gembira sekali dan amat menikmati tarian tradisional yang lincah dinamis seperti tari Sunda, Bali, dan gambir anom.  Tarian gatotkaca merupakan tarian favorit Soekarno dan penari Rusman dari Sri Wedari, Solo yang membawakannya, adalah penari kesayangannya. Hampir pada setiap malam kesenian yang diadakan setelah acara jamuan negara untuk menyambut tamu negara asing, tarian gatotkaca ini dipertunjukkan.
Soekarno dan Wayang

Tiga bulan sekali atau paling lama enam bulan sekali Soekarno selalu memerintahkan diadakan pertunjukan wayang semalam suntuk terbuka untuk umum. Bila di Jakarta, pertunjukkan wayang kulit selalu diadakan di Istana Negara.
Dalam hal arsitektur, Soekarno menggunakan bakat seninya untuk merancang dan membangun patung, monumen, dan gedung menjadi buktinya. Dalam membangun gedung maupun monumen, Soekarno telah menggunakan konsep yang terpadu. Setiap proyek dikerjakan dengan pemrograman yang melibatkan tata kota, arsitek, dan konstruktor, dan memperhatikan semua aspek prancangan, termasuk di antaranya aspek lingkungan. Beberapa seniman dan teknokrat yang terlibat antara lain Henk Ngantung (pelukis), Silaban (arsitek), Prof. Rooseno dan Ir. Sutami (konstruksi/sipil).
Monumen Nasional (Monas) telah menimbulkan kekaguman Sri Paus yang berkunjung tahun 1975. Jembatan Semanggi di kawasan Senayan mengundang decak kagum dunia internasional karena gagasan jalan layang saat itu merupakan ide brilian dalam mengantisipasi kemacetan lalu lintas. Stadion Senayan, Sarinah, Patung Selamat Datang, Patung Pembebasan Irian Barat, Patung Dirgantara, dan lain-lainnya telah memperindah kota Jakarta dan membuat Jakarta tidak kalah dengan kota-kota besar dunia.



Referensi: 
Kompilasi Buku-buku tentang Soekarno
Perpustakaan Bung Karno-Blitar,Jawa Timur