Kupang,
Keindahan Yang Terserak Dari Indonesia Timur
Dengan
berbekal informasi dari internet akhirnya akupun memutuskan untuk menghabiskan
liburanku ke wilayah Indonesia Timur. Kali ini aku melakukan solo traveling ke Kupang, Nusa Tenggara
Timur. Sebuah kota yang dijuluki sebagai kota Karang dan kota Kasih ini masuk
dalam wilayah pulau Timor.
Pagi
itu 1 Juli 2013, travel yang membawaku ke bandara Juanda beranjak meninggalkan
kota Malang tepat pukul 2.30 dini hari karena aku mengambil rute penerbangan
pagi dan waktu tempuh Malang-Surabaya sekitar 4 jam, jadi untuk menghindari
keterlambatan aku harus berangkat lebih pagi dengan kondisi masih agak
mengantuk. Akhirnya
setelah menempuh 2 jam penerbangan, tepat pukul 10.20 Wita akupun tiba di kota
Kupang.
Ini adalah kali pertamanya aku menginjakkan kakiku di bandara El Tari, bandara terbesar dan menjadi kebanggaan warga propinsi timur Indonesia itu. Di bandara aku langsung dijemput oleh dua orang sahabatku yang aku kenal melalui jejaring sosial facebook, Emy Delince Poyk, seorang nona keturunan Rote dan Onsi Ernita Bano, keturunan Timor yang siap menjadi pemanduku selama aku berada di kota ini.
Ini adalah kali pertamanya aku menginjakkan kakiku di bandara El Tari, bandara terbesar dan menjadi kebanggaan warga propinsi timur Indonesia itu. Di bandara aku langsung dijemput oleh dua orang sahabatku yang aku kenal melalui jejaring sosial facebook, Emy Delince Poyk, seorang nona keturunan Rote dan Onsi Ernita Bano, keturunan Timor yang siap menjadi pemanduku selama aku berada di kota ini.
![]() | |||
Kantor Gubernur NTT |
![]() |
Senja di Pantai Teddy Kupang |
Pagi berikutnya, aku dan kedua sahabatku melanjutkan petualangan ke air terjun Oenesu.
Bila ingin mengunjungi air terjun ini maka harus menelusuri perjalanan sejauh
17 km dari kota Kupang, tepatnya berlokasi di daerah Kupang Barat dengan
jalanan khas ala NTT, berkelok-kelok penuh jurang yang dalam dengan tinggi
seperti bukit-bukit yang ada di Jawa. Menjelang tengah hari kamipun tiba. Semua
kelelahan terbayar oleh dingin dan segarnya air terjun Oenesu yang masih alami.Sebuah
obyek wisata yang cukup menantang dan bisa dijadikan tempat petualangan yang
mengasyikkan dan panorama alam yang sangat indahnya. Selanjutnya
pantai yang aku tuju adalah pantai Paradiso. Menghabiskan waktu siangku di
pantai yang terletak di bilangan Oesapa Kupang ini memang luar biasa. Jaraknya
hanya 100 meter dari Jalan Timor Raya Kupang.
Pantai Paradiso merupakan pantai
karang yang banyak ditumbuhi pohon bakau atau mangrove sebagai tanaman
pelindung pantai itu dari terjadinya abrasi, selain itu ada pohon ketapang dan
lontar sebagai peneduh saat kita duduk-duduk.Ketika itu aku melihat beberapa
anak tengah mencari ikan sambil menikmati air laut yang perlahan mulai pasang. Memang,
di sekitar pantai ini ada pemukiman nelayan dan areal tambak garam yang
dikelola para nelayan setempat sebagai sumber penghasilan selain dari melaut. Menjelang matahari terbenam, kami bertiga langsung meluncur ke pantai Lasiana
demi mengejar sunset yang konon
katanya di pantai inilah tempat
sunset yang terbaik. Sepanjang perjalanan menuju pantai Lasiana ini aku banyak
menemui babi dan anjing berkeliaran di jalan-jalan. Menurut sahabatku ini
merupakan hal yang biasa terjadi sehari-hari. Lokasi pantai Lasiana ini
terletak di daerah Kupang Tengah, Kota Kupang. Pemerintah kota setempat
menjadikannya pantai ini sebagai Taman Budaya Flobamora, yaitu sebutan yang
mencakup pada keseluruhan suku bangsa yang ada di NTT yaitu Flores, Sumba,
Timor dan Alor. Di pantai ini banyak terdapat ‘lopo-lopo’ sebutan lokal untuk pondok yang dibangun menyerupai
payung dengan tiang dari batang pohon kelapa atau kayu dan beratapkan ijuk,
pelepah kelapa atau lontar, dan alang-alang. Bisa juga beratapkan seng yang
bagian luarnya dilapisi ijuk, pelepah kelapa atau lontar dan alang-alang.
Karena di daerah Kupang banyak dijumpai pohon lontar tumbuh hampir disetiap
tempat. Di pantai Lasiana ini para pengunjung bisa menikmati kuliner berupa
pisang gepeng, yaitu pisang yang dibakar dengan arang dan selanjutnya ditaburi
keju, susu atau mengikuti selera pembeli.Hanya dengan membayar Rp. 6.000 lidah
kita dimanjakan oleh lezatnya pisang gepeng dan minum es kelapa muda hasil
kreasi mama dorang (sebutan kaum ibu setengah baya).
![]() |
Anak-anak di sekitar Pantai Paradiso |
Tibalah hari keenam, hari terakhir
keberadaanku di kota Kasih ini. Tak kulewatkan begitu saja waktuku walaupun sorenya aku harus take off kembali ke Surabaya. Aku
menyempatkan diri mengunjungi museum NTT dan Taman Nostalgia.Museum NTT ini
terletak di Jalan El Tari II Oebobo-Kupang dekat dengan kantor pariwisata.
Dengan keramahan para petugasnya, aku diajak mengelilingi museum yang mempunyai
tiga gedung ini. Gedung pertama menyimpan benda-benda peninggalan jaman batu
(megalitikhum), gedung kedua menyimpan benda-benda berupa tanaman pokok
masyarakat NTT yaitu jagung dan gedung ketiga menyimpan artefak fosil-fosil
ikan hiu. Disini aku bisa mendapatkan banyak ilmu pengetahuan, tapi sayangnya
masyarakat enggan berkunjung ke museum ini. Justru para wisatawan asinglah yang
sering mengunjungi tempat ini, terang Bapak Marcelinus disela-sela kami
mengelilingi museum ini.Dari museum NTT aku melanjutkan keTaman Nostalgia.
Taman Nostalgia, sebuah taman kecil
yang bersih tempat anak-anak muda nongkrong menghabiskan waktu senggangnya. Di
taman yang terletak di Jalan Eltari II Kupang ini terdapat Gong Perdamaian
Nusantara (GPN) yang diresmikan oleh Bapak Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono pada
tanggal 8 Februari 2011 silam. Lingkaran terluar dari GPN ini dihiasi logo kota
dan kabupaten yang ada di Indonesia yang berjumlah 444 logo. Keseluruhan logo
kota dan kabupaten ini melingkupi
lingkaran yang lebih kecil didalamnya. Lingkaran ini juga dihias dengan logo
sebanyak 33 buah, yang merupakan logo dari 33 provinsi yang ada di Indonesia.
Sementara inu, bagian luar GPN dihias
dengan simbol agama yang diakui oleh Negara Indonesia. Mengapa Kupang
dipilih sebagai salah satu kota penerima Gong Perdamaian Nusantara? Itu tak
lain karena kota ini merupakan kota multikultural dan toleransi antar umat
beragama yang sangat tinggi. Selain kota Kupang, ada 5 kota lain yang menerima
GPN, yaitu Yogyakarta, Palembang, Kutai Kartanegara, Jakarta, dan Ambon.
![]() |
Aku ketika berada di Museum NTT |
![]() |
Taman Nostalgia |
Sebelum aku benar-benar meninggalkan
kakiku dari kota Kupang ini, rasanya kurang sempurna jika aku tidak membawa souvenir
berupa kain tenun ikat khas NTT. Dengan kisaran harga termurah Rp. 350.000
untuk kain dari bahan biasa sampai harga jutaan ribu rupiah perlembarnya.
Selain kain tenun ikat aku juga membeli oleh-oleh berupa sabun cendana, gula
hela, kue rambut, jagung titi dan tak lupa kopi NTT.
![]() |
Pelabuhan Tenau Kupang |
Dari sini aku belajar banyak hal tentang cinta kasih dan toleransi antar sesama umat beragama, tentang arti persahabatan yang tak mengenal ras, suku dan agama. Dari sini pula aku belajar tentang kesederhanaan dan belajar menjadi orang yang lebih banyak bersyukur pada Tuhan.
Terima kasih Tuhan, terima kasih sahabat-sahabatku,adik-adikku.Sampai jumpa lagi di kota Karang.
Salam FLOBAMORA!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar